Tuesday, February 26, 2019

Dua Serigala: sebagai cerpen Kristiani

Dua Serigala

Ada dua ekor serigala di hutan belantara, serigala B menantang serigala A untuk menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat mereka berdiri,

"Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B.

"Ah, itu gampang, lihat saja nih!" jawab serigala A dan dengan sigap serigala A itupun melompat ke arah kelinci tersebut dan berlari mengejarnya.

Sedangkan kelinci yang melihat serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala tersebut, "DUAAAKK!!" begitu suaranya.

Karena serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya tidak terasa sama sekali, serigala tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit... sampai 5 menit..

Serigala itu belum dapat menangkap kelinci itu, karena kelinci itu larinya lebih kencang. Serigala itupun kelelahan dan menghentikan pengejarannya.

Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya serigala B.

Setelah sampai di tempat serigala B, maka serigala B itupun bertanya, "Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?" tanya serigala B, lalu serigala A hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.

Serigala B lalu melanjutkan perkataanya, "Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa menangkap kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu berlari mengejar kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu berlari untuk nyawanya."

Untuk orang yang sudah bekerja, mungkin Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan, bosan, tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda. Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda.

Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja?
 
Sebab, terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua agar mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena mereka merasa 'harus' bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.

Jadi, apakah tujuan Anda bekerja? Demi rasa bangga pada serigala B.
Atau demi rasa lapar?

Kesetiaan: Rahasia Untuk Tetap Mendapat Berkat Berkelimpahan

 Kesetiaan: Rahasia Untuk Tetap Mendapat Berkat Berkelimpahan


“Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.” Lukas 17:15-16
Mari kita lihat kisah dalam Lukas 17:11-19 ini, tentang sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus:
‘Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.
Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh
dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!”
Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.
Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,
lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.
Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?
Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”
Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” ‘
Ketika mereka mengalami sakit-penyakit yang sangat parah, mereka beramai-ramai datang kepada Yesus dan berteriak agar Dia menyembuhkan penyakit mereka. Mereka sadar bahwa Yesus berkuasa untuk menyembuhkan segala penyakit yang ada, oleh karena itu dengan penuh keyakinan mereka berseru dan meminta kepada Yesus agar penyakitnya disembuhkan.
Tidak hanya itu saja, mereka juga mengikuti perintah yang diberikan oleh Yesus. Mereka melangkah dengan iman dan percaya bahwa mereka pasti disembuhkan.
Kesepuluh orang kusta tersebut sembuh dari penyakit yang mereka derita. Dan sudah seharusnyalah mereka bersyukur dan datang kepada Yesus untuk mengucapkan terima kasih, serta mempersembahkan hidup mereka bagi kemuliaan namaNya. Tetapi tidak demikian yang terjadi. Ternyata hanya satu dari sepuluh orang yang datang kembali kepada Yesus dan memuliakan namaNya. Bahkan Yesus-pun heran dan bertanya kemana orang-orang lain yang telah disembuhkan olehNya.
Kita dapat melihat bahwa Tuhan telah menyiapkan berkat lainnya bagi mereka yang mau setia datang kepadaNya. Tidak hanya kesembuhan yang diterima satu orang yang kembali itu, tetapi dia juga menerima berkat lainnya yaitu berkat keselamatan yang dari Tuhan.
Banyak orang yang ketika dalam masalah, mereka berbondong-bondong datang ke gereja, rajin beribadah, mengikuti setiap kegiatan doa dan acara apapun yang diadakan di gereja. Mereka beranggapan bahwa dengan cara itu mereka akan mendapatkan jawaban atas masalah yang mereka hadapi.
Tuhan memang tidak pernah berhutang kepada setiap orang yang datang kepadaNya, berseru dan meminta kepadaNya. Dia akan memberikan jawaban bagi setiap doa dan pergumulan kita. Tetapi sebagian besar orang justru lupa untuk memuliakan nama Tuhan ketika mereka telah lepas dari masalah yang mereka hadapi.
Mereka mulai mengurangi kegiatan yang tadinya diikuti. Mereka mulai disibukkan dengan berbagai hal. Dan berbagai alasan muncul untuk menghindari kegiatan beribadah. Padahal bukan itu yang Tuhan inginkan. Tuhan ingin agar kita tetap setia dan dekat kepadaNya ketika kita telah lepas dari segala masalah. Tuhan ingin agar kita semakin intim dengan Dia. Dan Tuhan rindu agar kita tetap memuji dan memuliakan namaNya di saat kita sudah menerima jawaban atas doa-doa kita.
Jangan pernah lepaskan kasih karunia Tuhan ketika kita sudah menerima jawaban doa-doa kita. Jangan lupakan betapa baiknya Tuhan kepada kita, karena Dia telah menyembuhkan kita, memulihkan kita, memberi kita kekuatan, memberi kita pekerjaan, memberi kita kesuksesan dalam karir, memberi kita jalan keluar atas bisnis kita, dan lain sebagainya.
Tetap jaga hubungan kita dengan Tuhan walaupun kita sudah menerima jawaban atas masalah kita. Jangan pernah lengah, karena iblis selalu mencari kesempatan di saat-saat kita lengah. Dan ketika kita tetap menjaga hubungan intim dengan Tuhan, maka Tuhan akan mencurahkan berkat-berkat lainnya dalam kehidupan kita. Berkat-berkat yang tidak pernah kita pikirkan dan tidak pernah kita lihat akan kita terima dalam kehidupan kita.
Mari kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan pada saat Dia telah memberikan kemenangan atas masalah-masalah yang kita hadapi. Jangan lepaskan kesetian kita kepada Tuhan dan terimalah berkat berkelimpahan yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Haleluya!
“Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” Lukas 19:17
“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” Matius 24:45-46

WACANA "WISATA HALAL" Di TORAJA


  WACANA "WISATA HALAL" Di TORAJA 


Dikutip dari karebatoraja.com, tentang polemic WISATA HALAL di Toraja, berikut catatan-catatan penting terkait dengan polemic-polemik tersebut.
Menanggapi polemik di masyarakat, Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, mengatakan wacana dan rencana pemberlakukan wisata halal ini bukan baru ada pada masa pemerintahan Nurdin Abdullah-Andi Sudirman, tapi sudah ada sejak lama. Bahkan, wisata halal ini sudah diundangkan oleh pemerintah pusat melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.”Dia mengatakan, kawasan wisata halal tidak dimaksudkan bahwa semua wilayah di Tana Toraja dan Toraja Utara harus berlabel halal. Tapi hanya lokasi-lokasi tertentu yang diberi sertifikasi halal, agar wisatawan yang beragama Islam tidak ragu-ragu menggunakan fasilitas tersebut. Misalnya, restoran, warung makan, hotel, maupun wisma. Andi Sudirman menyatakan kawasan wisata halal harus ada di Toraja, sebab sebagai daerah tujuan wisata, Toraja dikunjungi oleh banyak orang dan tidak menutup kemungkinan  diantara para wisatawan tersebut beragama Islam.
“Saya kawasan wisata halal di Toraja harus ada, kenapa harus ada, karena masyarakat muslim yang berwisata ke Toraja otomatis mencari juga kuliner-kuliner yang halal dan lokasi-lokasi yang bisa memfasilitasi mereka,” jelasnya.
Pemerintah provinsi, kata dia, akan membantu mensupport atau mendukung pemerintah daerah dalam hal wisata halal tersebut. “Tapi kembali ke Pemda Tana Toraja dan Toraja Utara, mau terima atau tidak. Sebab, peluang kita paling besar sekarang adalah wisatawan Nusantara. Dan kebanyakan wisatawan Nusantara itu beragama Islam,” katanya.
Yang mrnjadi sangat menarik bahwa Dia juga menegaskan bahwa kawasan wisata halal itu baru wacana dan belum diketahui pasti kapan akan dilaksanakan. Pemprov Sulsel sendiri menargetkan enam daerah untuk dijadikan kawasan wisata halal, yakni Makassar, Gowa, Maros, Pangkep, Bulukumba, dan Toraja.
            Mengenai kejelasan tentang WISATA HALAL di Toraja ini kita tinggal menunggu waktu yang akan menjawab semua rasa penasaran kita tentang hal tersebut. Meskipun demikian hanya rencana-rencana yang belum dapat dipastikan keputusannya, komentar dari netizen yang berasal dari berbagai kalangan sangat serius mengenai hal demikian berikut contoh komentar-komentar mnereka:
Nah, disinilah Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman sebagai penggagas Wisata Halal, seharusnya mempromosikan Toleransi sebagai maghnet Icon Wista Halal agar Wisatawan lain tidak selalu berprasangka buruk kepada hidangan masyarakat Toraja, bukan dengan membangun benteng sapak yang bisa melengserkan Budaya Toleransi di Toraja. https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/t4c/1/16/1f642.png?_nc_eui2=AeE7kGDu6TwEFdfFcFUetCo2UjSQjN6JwQNuYE2OPN_XtxItDxe2ulpnz0R8UFlhB9FcIMBnX-OSPG0tZP-jlutT_yEydzO93UHwbHgYe4og7g
Syalom saudaraku yang terkasih di seluruh Toraja maupun di t4 lain. Beberapa hari ini di sosmed marak mebahas tentang wisata halal yg dicanangkan oleh Wagub. Banyak dari anda membuly n merespon dgn hal negatif. Namun sblm itu sy mhon maaf dsni sy bukan mau mendidik anda tetapi sy cuma mencoba meluruskan yg dimaksud dgn wisata Halalkrn bckground edukasi sy adlah pariwisata jd sy tw maksud wagub ini sgt baik n positif bagi budaya n daerah kita bahkan bisa mendongkrak income wisata daerah kita ke depan. Wisata Halal itu bukan obyekx yg dihalalkan tetapi berbagai macam insfratruktur n akomodasi yg akn diberi label halal jikalau pun pemilikx bersedia n bisa memenuhi syarat lebel halal tersebut agar wisatawan muslim dp nginep, makan n minum dt42 yg t4 bagi mrka. Krn di era ini memng pantas ini diberlakukan d toraja jg krn melihat daerah kita smkin menjadi 7an wisata paling populer bgi turis domestik seantero Indonesia dmn kita tw bhwa indonesia mayoritas Islam. Oh ya...ssdikit tambhan program wisata halal ini udah ada loh jauh sblm wagub kita menjabat. Ok salam mamalik mati kampung n Thank you🤗🤗🤗🤗🤗
Jadilah Toraja yang semestinya. Kami Toraja, Kalian Toraja, Kita semua Bukan Halal-Haram.
Tetapi kita adalah TORAJA
 HALAL disini bukan pada makanan, tetapi halal ataupun haram disini seandainya dimaknai secarah utuh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sayangnya NKRI terlalu banyak sibuk dengan urusan perut sehinmgga makna menjadi direduksi bukan konstruksi. Sisi negative dari WISATA HALAL pasti ada demikian positifnya pasti ada. Marilah bijak dalam memberi pendapat positif kepada pemerintah ataupu kritikan. Karena dari kritik dan saran itu terjadi diskusi yang akan membawa pada suatu keputusan dan tindakan. Kritik adalah Mesin dari Demokrasi.

Thursday, February 21, 2019

KONSEP TAURAT DALAM PL


PENDAHULUAN
Kata dasar untuk hukum adalah Torah, yang berarti mengarahkan dan mengajar. Jadi arti dasarnya adalah pengajaran. Pengajaran di sini sama sekali tidak terbatas pada lingkungan hukum; pengajaran ini  diberikan oleh para ayah (Ams. 3:1; 1:8), oleh orang-orang yang bijak (Ams. 13:14), oleh nabi-nabi (Yes. 1:10), tetapi terutama oleh Allah dan Musa sebagai perantara (II Taw. 33:8). Taurat dalam Perjanjian Lama terdiri dari 5 Kitab yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan dan inilah yang disebut sebagain Taurat. Namun jika kita melihat realita yang ada sekarang ini Taurat itu hanya dipahami oleh sebagaian besar orang hanya sebatas kesepuluh Firman dalam Keluaran 20:1-17, yang selalu diperdengarkan dalam ibadah hari minggu.
Oleh karena banyak pemahaman mengenai Taurat, maka perlu kita melihat bagaimana konsep Taurat itu jika dilihat dari pandangan Perjanjian Lama. Dalam hal ini akan mengantar kita kepada pemahaman mengenai hukum Taurat itu.

KONSEP TAURAT DALAM PL
A.            Pengertian Taurat
Kata Taurat berasal dari Bahasa Ibrani tora yang artinya ialah hukum, pengajaran, dan petunjuk yang diterjemahkan dalam Perjanjian Baru oleh kata Yunani nomos (misalnya Mat. 5:17; Luk. 16:17; Kis. 7:53; dan 1 Kor. 9:8). Taurat adalah bagian terpenting dari kanaon Yahudi. Kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama yakni Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan disebut sebagai Taurat. Dalam bahasa ingris kelima kitab ini disebut sebagai pentateuch, suatu kata yang berasal dari bahasa Yunani Pentateukhos.[1] Dari kelima kitab itu penuh wibawa, jauh melebihi kumpulan kitab yang lain. Taurat merupakan bukan suatu kitab undang-undang yang beku, melainkan suatu petunjuk hidup yang dinamis dan perlu direnungkan dan perlu ditafsirkan ulang dalam setiap situasi baru. Demikianlah sifat “petunjuk” tetap merupakan sifat khas tora. Itu juga sebabnya inti perintah dapat dipelihara agar bentuk peraturan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlainan atau perlu dipertajam.[2]
Christopher Wright berpendapat bahwa Hukum Taurat adalah pemberian hukum Allah dan tuntutan perjanjian Allah. Allah berada di atas dan di balik hukum Taurat, sehingga memelihara hukum Taurat bertujuan “mengenal Allah” dalam hubungan perjanjian yang pribadidalam arti itu, hukum Taurat adalah benar-benar kehidupan. Dengan hidup seperti yang diperinyahkan Allah, Israel akan menjadi bangsa yang diinginkan-Nya dan menggenapi rencananya dalam dunia (Kel. 19:5-6).
Menurut William Dyrness, hukum taurat merupakan ungkapan perjanjian dan senantiasa tidak sepenting perjanjian. Maksudnya, hukum taurat harus mengungkapkan sifat kehidupan dalam perjanjian. Pemberian hukum taurat itu merupakan sebagian dari pemberian diri Allah sendiri kepada umat-Nya dalam perjanjian dan menyatakan maksud-maksud kasih yang sama (lih. Kel. 19:5-6). Dasar hukum dalam maksud-maksud perjanjian Allah itu penting untuk dapat memahami hukum taurat dengan tepat. Jadi hukum taurat menunjukkan kepada bangsa itu perilaku bagaimana yang sesuai dengan kedukaan mereka sebagai kepunyaan Allah. Pemberian taurat yang pada permulaannya disertai perjanjian itu merupakan suatu penyingkapan sebelum merupakan suatu pengajaran. Israel tidak mematuhi hukum taurat untuk menjadi umat Allah, tetapi justru karena sudah menjadi umat Allah.[3] Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hukum Taurat itu merupakan suatu perjanjian yang dianugerahkan oleh Allah yang berisi pengajaran kepada manusia bagaimana hidup berkenan kepada-Nya.

B.            Kumpulan Hukum Yang Disebut Sebagai Taurat
1.             Dasa Titah
Menurut cerita peristiwa di Sinai, Dasa Titah atau kesepuluh Firman diberikan oleh Tuhan Allah kepada Israel (Kel. 20:2-17; Ul. 5:6-21). Meskipun Musa menjadi perantara, sebagaimana namanya dipakai untuk menyebut hukum-hukum yang lain, namun perannya dalam pemberian Dasa Titah adalah minimal. Titah itu dikatakan telah diucapkan dan dipahatkan dalam loh batu oleh Allah sendiri, sehingga dianggap mutlak dan lengkap, sebagaiman dinyatakan dalam Ulangan: “Firman itulah yang diucapkan TUHAN..... dan tidak ditambahkan-Nya apa-apa lagi” (Ul. 5:22). Dasa Titah merupakan ringkasan yang sederhana tetapi menyeluruh tentang ketentuan-ketentuan hakiki hubungan perjanjian dan membatasi tingkah laku yang sesuai dengan keanggotaan umat Allah. Dengan kata lain,, Dasa Titah adalah kebijaksanaan yang menentukan etos dan arah dari semuaundang-undang terinci lainnya.[4]
2.             Kitab Undang-undang Perjanjian
Kitab undang-undang Perjanjian (Kel. 20:22-23:19) terkait erat dengan kisah perjanjian (bdn. Kel. 24:7). Kitab tersebut dibuka dengan semacam mukadimah tentang hubungan anta Tuhan dengan umat, Tuhan yang “berbicara dengan kamu dari langit”, sebagai Allah yang kudus.[5]
Ada banyak penelitian dan perdebatan mengenai bagian-bagian Kitab Perjanjian itu: Apakah pada awal mulanya hukum-hukum itu terpisah, dan kalu demikian pada tahap apa dan oleh siapa bagian-bagian itu disunting dalam bentuknya yang sekarang. Tetapi umumnya disepakati, Kitab Perjanjian adalah kumpulan hukum yang paling tua dalam Perjanjian Lama.[6]
3.             Undang-undang Imamat
Undang-undang dalam kitab Imamat, tidak lagi terkaitdengan perjanjian di Sinai, tetapi terkai denga hidup di tanah yang dijanjikan.  Namun, hal itu hanya berhubungan antara umat dan Tuhan, yang kini berintikan pada ibadah. Sebagai besar hukum-hukum itu merupakan pengetahuan jabatan pada imam.[7]
4.             Kumpulan Ulangan
Dalam pidato pidato Musa itu tertera Kesepuluh Firman (Ul. 5:6). Kitab undang-undang Ulangan (Ul. 1-11) merupakan renungan atas riwayat umat Allah setelah hukuman jatuh dengan hilangnya kerajaan Utara dan Yehuda.[8]
Nama “Ulangan” diambil dari nama Latin kitaba ini Deuteronomium yang berarti hukum kedua . maksudnya bukanlah hukum yang baru melainkan yang mengulang daan menguatkan hukum yang lenih dahulu. Kitab Ulangan disebut juga “hukum yang dikhotbahkan” dan memang itulah yang dikatakan dalam Ualanga 1:5. Hal itu memperlihatkan bahwa hukum itu lebih daripada sekedar legalisme bagi Israel, dan benar-benar merupakan roti kehidupan mereka. “ Perkataan ini bukanlah perkataan hampa bagimu, tetapi itulah hidupmu” (Ul. 32:47).[9]

C.            Kumpulan Hukum-hulum
Semua hukum itu dinyatakan pada waktu pembentukan perjanjian Allah Di Gunung Sinai, dan semua disampaikan dengan perantaraan Musa. Hukum-hukum Allah merupakan piagam yang bersatu padu dan seragam. Berikut diperlihatkan kersatuan itu dari segi-segi utama; urutan yang sembarang dapar dibenarkan. [10]
1.      Seluruh hukum Taurat “diberi” pada waktu penyataan dasar di atas puncak “gunung Allah”, yakni gunung Sinai atau Herob pada lereng atau kaki gunung itu. Gunung inilah satu-satunya yang menjadi tempat pancaran undang-undang Tuhan! Jika menurut arus kesaksian yang terpenting dalam tradisi Sinai, perjanjian Allah telah diikat di tempat yang satu, pastilah segala hukum perjanjian (bdn. Kel. 34:28) itu pun telah diberi di sana. Hanya hukum secara langsung (atau tidak langsung) berasal di Sinai itulah yang beribawa di Israel.
2.      Seluruh hukum Taurat itu telah diberi dengan perantaraan seorang manusia yang terpilih dan tertentu dan terpilih, yakni Musa. Dialah satu-satunya yang menjadi “saluran” untuk penyataan kehendak Allah. Segenap Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mendengungkan pengakuan ini: hanya “hukum-hukum Musa” itulah yang beribawa di Israel.
3.      Seluruh Hukum Taurat telah diberikan kepada umat Israel sebagai penyataan dan Firman Tuhan. Allah mereka sendiri. Itulah sebabnya mengapa hukum Taurat beribawa di Israel.
4.      Seluruh hukum Taurat diberi denga serentak, dan berlaku tetap untuk selama-lamanya. Umat Israel percaya bahwa Allah memberi hukum-hukum yang sempurna (Mzm. 119). Jadi pastilah hukum Taurat pun bersifat tunggal, lengkap, cukup, dan adil sehingga beribawa bagi Israel turun temurun.
5.      Hukum Taurat diberikan sebagai undang-undang untuk umat Israel dan bukan kepada bangsa-bangsa lain. Di sudut pandang lain, Taurat diberikan Tuhan sebagai bagian dari perjanjian yang diikat-Nya dengan Israel dan beribawa bagi orang-orang yang setia kepada-Nya di dalam umat tersebut.
6.      Selurruh Hukum Taurat itu bersifat hukum Perjanjian. Allah memberikannya untuk memelihara umat-Nya dalam perjanjian yang telah diikat-Nya.
D.            Sifat Hukum Taurat[11]
1.             Jangkauan yang Luas
hukuTaurat meliputi banyak hal dalam jangkauaanya. Pengertian yang tepat mengenai hukum Taurat menyebabkan kita mengerti bahwa seluruh kehidupan berada dalan kontrol kehendak Allah. Karena seluruh kehidupan terbuka terbuka di hadapan Allah, maka terdapatlah kaitan yang tersembunyi antara hukum yang berlaku dalam pemerintahanaa dan yang ada sangkut pautnya dengan ibadah. Jadi tujuannya adalah menghindari kesalahan-kesalahan, sehingga tercipta kebebasan untuk mengejar suatu kehidupan yang berkelimpahan. Semuanya itu dirangkumkan dalam penyataan Perjanjian Lama tentang “jalan”. Taat kepada hukum adalah suatu cara hidup, suatu cara berjalan pada jalan yang benar (Mzm.1). Atau tujuannya adalah berjalan dan hidup besama Allah, karena untuk itulah manusia diciptakan (Yes. 2:3).
2.             Imbauan yang Bersifat Pribadi
Walaupun jangkauaan hukum itu luas, imbauannya bersifat pribadi juga. Pertama-tama; ini berarti bahwa Taurat dikemukakan berdasarkan apa yang telah diperbuat Allah untuk Israel. Terminologinya bukan penjelasan hukum, melainkan imbauan yang bersifat pribadi. Terutama sekali, mereka harus ingat siapa yang telah memanggil mereka dan perbuatan-perbuatan yang besar yang telah diperbuat-Nya bagi mereka. Mereka harus ingat (sebuah kata yang penting dalam PL) DAN mematuhi kata-kata ini, karena “Akulah Allahmu dan kamulah umat-Ku” (lih. Ul. 10:16-22).
Jadi alasan yang paling kuat untuk taat kepada hukum haruslah hati yang tergugah, suatu keputusan batin dan moral yang pribadi. Dan pangsaan dari luar tidak akan pernah cukup dan juga bukan maksud Allah.
3.             Kekuatan Mutlak
Hukum Taurat juga bersifat mutlak dalam kekuatannya. Karena didasarkan atas ke3kudusan Allah jadi hukum ini menuntut kesempurnaan pada pihak umat-Nya (Im. 11:44). Jadi setiap orang yang tidak terus menaati hukum Taurat dikutuk (Ul. 27:26).
4.             Penerapan Universal
kita harus mengerti bahwa hukum Taurat berlaku untuk umum. Pada mulanya ini bererti bahwa hukum itu berlaku untuk seluruh Israel tanpa memperdulikan status sosial atau politik masing-masing. Memang benar bahwa hukum  Taurat bangsa Israel merupakan sesuatu yang unik diantara sekian bangsa di bumi, tetapi hal ini bukan karena kaitannya terbatas pada bangsa Israel itu sendiri, melainkan kerena sesungguhnya tak ada bangsa lain yang mengenal hukum yang serupa.
KESIMPULAN
Hukum Taurat itu merupakan suatu perjanjian yang dianugerahkan oleh Allah yang berisi pengajaran kepada manusia bagaimana hidup berkenan kepada-Nya. Hukum Taurat dianugerahkan oleh Allah kepada semua bangsa dalam artian berlaku untuk semua bangsa, yang dimana tujuan dari pemberian hukum Taurat ini adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kita mengenal Allah dan berpirilaku yang sesuai dengan kehendak Allah. Namun perlu juga diperhatikan bahwa untuk melaksanakan hukum itu tidak seorang pun dipaksakan melainkan harus dengan kesungguhan hati.

IMPLIKASI
Yang perlu kita ingat di sini bahwa Israel kuno tidak menganggap hukum Taurat sebagai beban, melainkan sebagai pemberian anegerah, suatu kesukaan, justru karena hukum Taurat menyatakan hubungan mereka dengan Allah. Meskipun saat ini orang Kristen tidak lagi berada di baeah hukum Taurat (Rm. 3:19; 6:14), yaitu tidak terikat dengan hukum perjanjian yang lama, namun ia tidaklah “hidup di luar hukum Allah” (I Kor. 9:21), seolah-olah hukum tidak mempunyai makna lagi bagi dia. Malah, kuasa Roh Allah yang tinggal di dalamnya memungkinkan tuntutan hukum Taurat digenapi dalam kita, yang hidup menurut roh (Rm. 8:4).
Jadi di dalam PL sendiri ada kesadaran bahwa hukum Taurat yang diberikan secara unik kepada bangsa Israel, juga berlaku kepada semua bangsa, sama seperti panggilan untuk menjadi bangsa yang kudus bertujuan agar Israel menjadi suatu keimanan yang terang bagi bangsa-bangsa lain. Hukum Taurat sebagai cara untuk mengenal Allah. Jadi kita mengandaikan bahwa prinsip-prinsip dari pemberian hukum kepada bangsa Israel itu secara universal berlaku, karena Allah yang memberikan hukum itu kepada bangsa Israel dan Dialah pencipta dan penguasa semua manusia. Maka pendekatan dan pengandaiaan itu berkenan dengan implikasi hukum PL, tidak hanya dengan penerapannya.


[1] W.S Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 93.
[2] Chritoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 305-306
[3] William Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama (Gandum Mas, 2001), 113.
[4] Christopher Wright, Hidup Sebagai Umat Allah Etika Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 152-153.
[5] Chritoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 307.
[6] Christopher Wright, Hidup Sebagai Umat Allah Etika Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 154.
[7] Chritoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 309.
[8] Ibid.
[9] Christopher Wright, Hidup Sebagai Umat Allah Etika Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 155.
[10] Chritoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 311.
[11] William Dyrness, Tema-tema Dalam Teologi Perjanjian Lama (Gandum Mas, 2001), 121-123.