“Alang Atau Lumbung
Di Toraja”
ALANG
(Lumbung Padi Toraja )
Alang
( lumbung padi ) sebagai tempat mengimpan padi diTana Toraja mempunyai arti dan
fungsi yang tertentu selai dari pada tempat menyimpan padi ditanah toraj
menpunyai arit dan fungsi tertentu selai dari pad tempat menyimpan padi
tersebut sesudah panen yang bagi mastarakat toraja menurut kenyakinan aluk
todolo menempatkan padi itu sebagai tanaman makanan yang utama serta diyakini
pulah mempunyai roh sebagai benda –benda lain yang perlu menempatkan
pemeliharaan sebagai mana mestinya. Itulah sebabnysa dahulu kalah sesuai dengan
kenyakinana aluk todolo padi itu tak dapat dicampur kurban baurkan dengan
makanan-makananlain atau dengan manusia karena berpangkal pada keyakinan aluk
dan kepercayaan aluk todolo wa khusus mengenai padi adalah tanaman makanan yang
lasngsung dibina dan jaga oleh deata-deata pare (dewa sang pemelihara padi)
karena disamping makanan manusia juga merupakan makanan sajian pada oknum-oknum
yang dipuja dan disembah
Jikalau
padi tidak dipelihara dan dijsaga tersendiri sangat susah mencari tahu setiap
pelanggaran pelanggaran dalam hal pembinaan dan pemeliharaan padi dan jikalau
padi tidak berhasil atau rusak maka hal tu dianggap sebagai perbuatan manusia
yang bertentangan dengan cara pemeliharaan padi yang dinamakan aluk pare
(aturan dan agama pemeliharaan padi) maka oleh pembinaan dan pengawasan
jalannya aluk pare nama to’indo’atai indo’padang harus mengadakan kurban
persembahan pengakuan pelanggaran dan segalah pelanggarana manusia yang telah
terjadi dalam hal pemeliharaan padi dengan kurban babi atau ayam.
Dengan demikian
maka menurut mithos dari padi menurut kepercayaan aluk todolo katanya berkata
demikian
“ Kami pare
tallu bulinna kande pesuru’puang titana’ tallu tang mangdinkanni umpebau bosi
sia umpedarang mako’do’solaunrangngikada bullung sia ulelean kada panglambe
d.st
Artinya ;
Kami padi bulir tiga pengasuh makanan persembahan kepada tiga oknum tidak
mau dan tidak sudih mencium bau busuk dan amis serta tidak mau dan tidak sudih
mendengar kata kutuk dan kata najis ,sebagai kata-kata mala petaka.dst
Dengan
dasar itulah maka padi dibuatkan tempat tersendiri terpisah dari tempat
manusuia karena rupah yang didiami oleh menusia itu tempatanya oreng mati dan
tempatnya oreng mengatakan segalah kata-kata kutuk dan laknat dan tempat padi
itu dinamakan alang yaitu suatu ruangan tersendiri namun tidak jauh
dari tempat manusia yang memiliki padi itu yang umumnya dibuat disekitar
pinggir rumah .
Karena alang ini
tidak dijaga maka harus ditutup rapat –rapat agar tikus dan burung tidak mudah
masuk kedalamnya dan dibuatkan penutup agar supaya terlindung dari pada hujan
dan mata hari .
Pada mulanhnya
tempat menyimpan padi itu dibuat dari pada bambu yang dianyam danmelingkar/bulat
bentuknya kemudian ditutup pada bagian atas nya jadi berbentuk suatu keranjang yang
besar dan buatkan rumah tersendiri tempat meletakkannya sendiri dan tempat
menyimpan padi yang pertama itu namanya alang palipu dan sampai sekarang masih
ada satu dua daerah yang jau dipegunungan yang mempergunakanya.
Lama
kelamaan setelah mulai meningkat kehidupan
manusia maka alang palipu’itu di beri tiang atau di buatkan ruangan
dibawahnya untuk menghindari gangguan dari binatang-binatang yang dapat merusak
keranjang yang namanya palipu’ tersebut berarti sudah terangkat tinggi jauh
dari tanah namun tempatnya masih tetap tersendiri yang di namakan lemba, yang
kemudian ruangan yang dibawah duduk waktu beristirahat. Karena alang ini sudah
mempunyai ruangan tempat duduk maka mulailah alang lembang itu ditempatkan di
muka rumah /tongkonan karena sangat baik sebagai tempat menyampaikan perintah
dan peranan kepada masyarakat yanglama kelamaan setiap tongkonan terutama
tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran atau pekamberan di buat alang lemba
di depannya untuk tempat menerima tamu-tamu serta sebagai balai pertemuan.
Sejak perubahan
alang balipu menjadi alang lemba sejak itu fungsi dari pada alang itu sudah
mempunyai fungsi yaitu sebagai tempat menyimpan padi dan sebagai tempat
menerima tamu-tamu. Perkembangan pengetahuan teknis manusia toraja menyebabkan
pulah bentuk alang lemba itu di bangun dengan mempergunakan alat-alat yang
lebih baik dan lebih tahan maka tiang-tiang lumbung padi di robah dengan
mempergunakan bahan-bahan ramuan dari batang nibung dan kayu yang kuat dan
terbentuklah alang yang di namakan alang palimbung, yaitu atapnya sudah agak
keluar dan begitu pula depan dan belakangnya sudah agak menjulang seperti
bentuk rumah tongkonan dan sangat baik untuk tempat menginap karena terhindar
dari percikan air hujan. Bagi keluarga-keluarga yang mampu terutama bagi penguasa adat membuat alang itu dengan
menyeragamkannya dengan bentuk tongkonannya untuk menambah keagungan dari
tongkonan yang berkuasa dengan tiang dari
pada batang Nibung namanya banga dan membuat ruangan pada lantai bawah
untuk di tempati duduk serta tempat menyelesaikan seluruh masalah di
tongkonan tersebut dan alang ini di
katakan alang polle’ sebab yang mempunyai depan yang menjulang begitupun
kebelakang dengan bentuk seperti perahu layar.
Bagi
bangsawan-bangsawan dan orang-orang kaya Toraja mulai pula mengukir alang-alang
tersebut dengan mengikuti ukiran – ukiran dari tongkonan maka akan menambah
indahnya alang tersebut dilihat , dan dahulu kala lumbung atau alang yang berukir yang di namakan alang
sura’ itu hanya di buat oleh bangsawan – bangsawan Toraja serta orang – orang
yang terpandang dalam masyarakat yang selalu di dirikan berhadapan dengan
tongkonannya menambah keagungan dari perumahan adat Toraja karena tongkonan dan
alang yang berhadapan – hadapan sangat harmonis .
Alang pollo’
seba diroba bentuk sedikit yaitu lebih menjulangnya depan dan belakangnya
sebagai alang yang tercipta karena meningkatnya arsi tektur bangunan toraja
maka terciptalah yang dinamakan alang sembang dan semua alang sembang itu harus
diukir karena syarat bangunan tersebut tidak baik dilihat kalau tidak diukir. Ada
beberapa daerah di Tana Toraja alang itu merupakan pula alang pusakah atau
alang warisan yang didirikan ditiap –tiap tongkonan dari keluarga tersebut,
yangmaksudnya pada setiap saat menghadapi upacarah atau sesuatu masalah
ditongkonan itu maka masing-masing keluarga mempergunakan lumbungnya sebagai
tempat tinggal /berkumpul selama upacara berlangsung. Juga setiap selesainya
membangun satu alang terutama alang pusaka atau warisan selalu diadakan kurban
–kurban persembahan tiap –tiap prosesnya seperti membangun rumah tongkonan
serta acaranya pun sama hanya saja tidak sehebat dengan acara membangun
tongkonan, dan setelah selesaih harus fditabiskan / diselamati oleh keluarga
atau rang yang bersangkutan dengan mengadaskan kurban persembahan babi, dan
bagi-bangsawan –bangsawan yang kaya ada kalanya dalam menabiskan alangnya itu
menyadakan kurban babi beberapa ekor untuk memberi makan bagi masyarsakat dalam
daerahnya serta mengadakan pembagian daging menurut adat untuk membuktikan
bahwa orang itu adalah orang yang berada dan mampu bersosial pada masyarakat.
Dengan adanya
perkembangan alang(lumbung )padi tersebut diatas sejak dari permulaan sampai
sekarang ini maka sejak itu dikenal mulai dari permulaan masing-masing :
a.
alang palipu’sebagai alang yang permulaan .
b.
alang lemba sebagai alang yang mengantikan alang palipu’ yaitu sudah mempunyai lantai dengan
kolong untuk ditempati duduk-duduk .
c.
alang palimbung yaitu alang yang sudah agak baik
lantainya dan sudah mempunyai bentuk menjulang kemuka dan kebrlakang dan sudah
baik tempat menginap jikalau kehujanan .
d.
alang pollo’seba,yaiu bentuk yang terahir yang ada
kalahnya tidak diukir ada pula yang diukir kemudian alang sembang yang tidak
baik kalau tidak diukir dan kedua bentuk ini hampir sajah sama juma untuk alang
sembang pada depandan belakangnya lebih menjulang dari pada pollok sebah .
Kesemua alang-alang
tersebut diatas fungsi utamanya sebagai tempat menyimpan padi berdasarkan
kepercayaan aluk todolh tersebut diatas, disamping peranan –peranannya sesuai
dengan perkembanyan masyaraskat toraja yang mengambarkan suatu bentuk
kebudidayaan toraja yang lain dari daerah lain karena alang berfungsi sebagai:
- sebagai tempat mengiman padi bagi orang-orang kaya toraja.
- tempat menerima tamu-tamu bagi pejabat –pejabat desah (Penguasa adat ) karana rumah tongkonan tidak harmonis dan kurang praktis tempat menerima tamu yang ruangnganya tertutup
- tempat bermusyawarah /membicarakan kepentingan masyarakat bagi penguasa –penguasa adat berarti sebagai balai prtemuan bagi pejabat-pejabat pemerintah desah .
- pada waktu adanya upacara adat yang diadakan oleh setiap keluargah dari tongkonan ditempat alang itu merupakan tempat menerima tamu –tamu agung sekali gusmenjadi penginapan bagitamu-tamu selama upacara berlangsung .
- salang yang berhadapan dengan tonkonan mengambar kan suatu keagungan dan martabat dari keluarga yang bersangkutan dan yang menempati tongkonan itu.
Mantap dua jempol
ReplyDelete