MA’A dan SARITA dalam kehidupan suku Toraja
Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-
Jika kamu berkunjung ke Toraja, jangan lupa untuk membeli Kain Ma’a dan Kain Sarita”.Konon, kedua kain ini dibawa oleh nenek moyang suku Toraja yang datang dari Surga, kemudian menetap di bumi.Kain Ma’a adalah Kain Sakral yang hanya dikenakan oleh Pemuka Adat (
Parengnge’ ) dan Pemuka Agama ( Patutungan Bia’ & Tominaa ). Para
pemuka adat dan pemuka agama mengenakan kain ini pada upacara tertentu,
seperti Mangrara Banua ( syukuran rumah ). Keistimewaan lain, yaitu
sebagai Pembungkus Jenazah.Kain ini berukuran 2,25 m x 60 cm. Sebagai hewan yang memiliki kedudukan
tinggi di Toraja, kerbau tampil sebagai motif pada Kain Ma’a. Kerbau
yang beriringan dan motif bintang yang digambarkan dalam bentuk salib,
adalah dua motif yang paling sering tampak pada motif kain ini.Selain kain Ma’a, ada juga kain Sarita yang biasa disebut sebagai
Batik-nya Toraja. Tentu saja batik ini berbeda dengan batik-batik yang
ada di Jawa. Perbedaannya terletak pada corak, motif, dan perintang
warna ( zat pewarnanya ) yang digunakan pada proses pembuatannya. Pada
kain Sarita, perintang warnanya menggunakan “malam lebah”. Kadang-kadang
mereka juga membuatnya dari “bubur beras”, seperti pada proses
pembuatan Kain Simbut di Baduy.Kedua kain ini ( M’a & Sarita ) memiliki banyak keistimewaan bagi
masyarakat setempat. Di antaranya adalah sebagai Penolak Bala, memiliki
khasiat untuk Memberi Keberuntungan, dan sebagai Penghubung antara
Manusia dengan Tuhan. Caranya ialah dengan mengikatkan ujung kain sarita yang panjangnya 5
meter dengan lebar 30 cm ini pada tiang rumah dan ujung lainnya
diikatkan pada tiang tempat kerbau ditambatkan sebelum disembelih
sebagai persembahan. Corak-corak yang terdapat pada kain ini menunjukkan
tingkat sosial dan kekayaan si pemilik kain.Serat kapas bukanlah satu-satunya bahan yang digunakan sebagai bahan
pembuat kain tenun di Toraja. Serat tumbuhan lainnya pun dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan kain. Nenek moyang Orang Toraja pernah
menggunakan serat daun nanas sebagai bahan pembuat kain yang akan
dijadikan tirai atau baju pada upacara tertentu. Sedangkan zat warna
yang mereka gunakan semuanya terbuat dari bahan-bahan alami yang
diperoleh dari dedaunan, biji-bijian, akar-akaran, tanah liat, maupun
rempah-rempah. Warna-warna yang dihasilkan dari bahan-bahan alami
tersebut antara lain ialah warna hijau, kuning, hitam, merah dan biruKeunikan inilah yang membuat kain Ma’a asal Toraja terus dilestarikan, untuk menambah daya tarik wisatawan ke Indonesia. Apalagi, corak kain Ma’a disebut-sebut mirip dengan ragam hias kain milik Suku Ma’a yang ada di kawasan Vietnam Selatan. Kain MA’A ( Batik Toraja ) adalah : BATIK TERTUA di DUNIA. Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik” yang bermakna “titik”. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.Sebuah catatan penting bahwa daerah Indonesia yang tidak terkena pengaruh Hindu seperti Toraja pernah berkembang batik yang dibuat dengan teknik wax-resist dyeing. Cikal bakal batik dapat ditelusuri dari kain simbut dari Banten dan kain ma’a dari Toraja di Sulawesi Selatan yang memakai bubur nasi sebagai perintang warna. Oleh karena posisi Geografis Toraja terisolasi di pegunungan, maka para ahli menduga kemungkinan besar batik itu asli dari sana, tidak dipengaruhi India sebagaimana sejarah batik Jawa yang ditengarai dikenalkan pada jaman Raja Lembu Amiluhur (Jenggala), sehingga Ma’a ( Batik Toraja ) ini memunculkan teori boleh jadi Ma’a adalah Baik pertama Indonesia.
Mengutip Heringa (1996), konon batik ini diperkenalkan oleh orang India,
pada saat Raja Lembu Amiluhur menikahkan putranya dengan putri India,
sekitar tahun 700. Dalam bagian lainnya, disebutkan kalau batik dalam
bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki oleh Orang Toraja.Salah satu kreasi baru yang muncul adalah Ma'a & Sarita ( Batik
Toraja ) yang merupakan hasil karya perancang busana, Fothel Art.
Menurut Arfol, motif batik Toraja ini beramacam-macam. Masing- masing
motif mempunyai nama yang mengandung arti tertentu. Seperti motif Pare
Allo yang berarti matahari dan bentuk bulat menyerupai matahari yang
bersinar. Ada yng disebut Pa’teddong yang berarti kepala kerbau dan
menjadi lambang kebesaran di daerah Toraja Kemudian ada yang dinamakan
Poya Mundudan yang dalam bahasa Indonesia berarti burung belibis.
https://3.bp.blogspot.com/-
Warna khas Ma'a & sarita ( Batik Toraja ) adalah hitam, merah, putih
dan kuning. Untuk warna kombinasi setelah kain dicap, kemudian di celup
dengan pewarna dan selanjutnya beberapa garis motif ditutup dengan
warna yang berbedaBahan yang digunakan dalam pembuatan batik ini ada tiga macam, yaitu katun, sutera super dan sutera ATBM. MA’A ( BATIK TORAJA ) mulai diperkenalkan secara resmi tahun 2004 dengan idea menuangkan Karya Ukir dalam Kain dan merupakan perpaduan antara nilai tradisional dengan post-modern. Produk-produk yang mulai diminati : sutera dalam aplikasi bahan, Kemeja, Selendang dan Stola serta Kain Sarung dan Celana Santai yang sering digunakan dalam keseharian Masyarakat Toraja.
Sumber dari:
1. hasil cerita dan wawancara dengan keluarga
2. http//Budayatorajablogspot.com
0 komentar:
Post a Comment