Wednesday, September 12, 2018

Tongkonan




" Tongkonan "




Oleh:
 Krisnataniel

T O N G K O N A N
(Rumah Adat Keluarga Toraja)


Rumah diTana Toraja selain didiami oleh manusia swama dengan rumah –rumah di daerah lain ,juga mempunyai fungsi dan peranan serta erti yang sangat penting dalam penghidupan masyarakat toraja dan merupakan hal atau masalah yang dapat dimikiri oleh setiap manusia toraja di manapun dia berada. Rumah yang bernama tongkonan itu dianggap sebagai pusaka dan hak milik turun temurun yang berasal atau berketurunan dari manusia yang pertama membangun tongkonan tersebut.

Kata tongkonan adalah kata yang berasal dari kata tongkon yang artinya duduk, yaitu mengandung arti bahwa tongkonan itu ditempati duduk untuk membicarakan dengan menyelesaikan segalah masalah yang penting –penting  Dahulu seorang yang memengang kekuasaan dengan menjabat suatu tugas ada selalu didatangi oleh masyarakat untuk meminta perinta dan petunjuk –petunjuk setiap masalah ditempat penguasa itu tinggal/diam, dimana semua orang yang datang itu duduk mendengar dan menerima perintah. Inilah permulaanya kata tongkonan ini dipergunakan untuk memberi nama rumah ilah tempat duduk atau tongkon dan tak lain dari pada rumah kediaman dari penguasa adat, yang lama kelamaan rumah itu sebagai tempat sumber kekuasaan dan sumber pemerintahan adat.
Penguasa adat yang pertama setelah meninggal dunia digantikan oleh turunanya untuk melanjutkan peranan dan kedudukan serta cara dari penguasa adat yang telah meninggal dunia sebagai penguasa adat yang pertama ,dengan menjadikan rumah dari penguasa adat itu sebagai tempat melaksanakan dan melanjutkan tugas dan kewajiban penguasa adat yang pertama dengan memusatkanya dirumah itu yang kemudian dinamakan tongkonan. Bagi bangsaan penguasa adat menjadi tongkonan itu sebagai istananya hanya saja semua turunan dari padanya atau lahir dari keturunan tongkonan itu mempunyai kewajiban yang sama memelihara kedudukan dan kekuasaan dari tongkonan tersebut.

Setelah perkembangan kemajuan masyarakat bertambah meningkat maka setiap penguasa yang mempunyai daerah kekuasaan dengan tugas dan peranan adat membuat rumah yang dinamakan pulah tongkonan karena pada waktu tinggal dirumah itu , rumah itu merupakan pulah tempat masyarakat memintah perintah dan menyelesaikan masalahnya pada penguasa adat , yang seterusnya tetap membina hak dsn kekuasaanya bagi turunannya setelah meninggal dunia.
Itulah sebabnya maka terdapat beberapa rumah dalam suatu daerah kekuasaan adat yang dinamakan tongkonan namun kemudian ternyata bahwa kekuasaan adat dari penguasa itu hanya satu maka rumah yang lain tidak mempunyai kekuasaan adat tetapi merupakan rumah atau tongkonan hanya sebagi rumah tempat membina persatuan dari turunannya serta membina warisanya ,maka mulailah terdapat rumah tongkonan yang tidak mempunyai kedudukan sebagai penguasa adat dari satu penguasa  dan hanya serbagi tempa pembinaan persatuan keluarga dan tempat pembinaan harta warisan keluarga semata –mata.

Dengan adaya perkembangan demikian terus menerus bagi setiap penguasa adat maka orang –orang lainpun yang tidak mempunyai kekuasaan adat yang membuat rumah dinamakan juga tongkonan karena sebagai tempat membina keluarga dan turunannya serta warisannya yang dipusatkan dirumah keluarga itu dan merupakan pula tongkonan dari keluarga tersebut .

Dengan demikian maka pengertian tongkonan itu adalah sebagi tempat pembinaan keluarga dalam persatuan keturunan dan harta warisan keluarga yang berketurunan dari tongkonan itu ,dan inilah seterusnya yang membentuk  kepribadian dan menyusun kebudayaan toraja dengan dasar kesatuan kekeluargaan serta kegotong royongan dimana setiap manusia toraja terikat didalamnya ,disamping peranan dan fungsi tongkonan itu sebagai sumber kekuasaan adat dan pemerintahan ada toraja.

Masyarakat toraja mengenal rumah itu dalam dua golongan yang besar yaitu:
1.         Tongkonan yaitu rumah adat keluarga toraja
2.         Banua barung –barung yaitu rumah pribadi orang toraj
1.Rumah tongkonan ini bentuknya sekarang sebagai perahu layar karena mempunyai
sejarah yang penting, yang menurut sejarah toraja adalah berasal dari penguasa –penguasa yang datang menguasai darah Tana Toraja yaitu bangsa yang berasal dari suku bangsa diluar sulawesi selatan yang datang dengan mempergunakan perahu yang dinamakan lembang mengikuti sungai –sungai yang besar dan yang terkena ialah sungai sa’dan Bahwa pada saat perahunya tak dapat lagi melayari sungai –sungai yang besar dan airnya maka sebahagian menambar perahunya dipinggir –pinggir sungai pada tebing –tebing sungai yang dilalui kemudian penghuninya berangkat berjalan kaki menuju kepegunungan untuk bertempat diam disana. Sebagian pula dari mereka itu mendengar perahunya dan kerangka –kerangkanya diangkut pulah dari kepegunungan kemudian disan dipasang kembali untuk menjadi rumah tempat mereka bernaung , yang kemudian mengikuti pembuatan rumah bemtuk dari perahu dan sebagai dasar pertama dari maka itu mempergunakan rumah yang menjulang kebelakang dan kemuka dst.

Terjadinya peran dan kekuasaan dari perahu yang sudah menjadi rumah yaitu pada saat penguasa –penguasa baru itu datang ,memilih tempat –tempat yang tinggi –tinggi dimana masyarakat sekitarnya diberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk dalan hal membina kehidupan yang kemudian tempat tinggal penguasa itu sebagai sumber perintah dan kekuasaan yang mula-mula dalam bentuk penerangan ,dan lama kelamaan setelah rumah dari perahu itu rusak dibagun kembali dan tetap mempunyai bentuk dari perahu ditempat itu dan masyarakat sekitarnya teap datang meminta petunjuk dan menerimah perintah dan kekuasaan yang oleh masyarakat sekitarnya harus menaatinya yang kemudian menjadi tongkonan sebagai yang telah diuraikan diatas, makanya jikalau kita mempelajari sejarah toraja banyak atau hampir seluruhnya tongkonan yang berkuasa dahulu kala bertempat diatas puncak –puncak gunung yang tinggi dan sampai kini banyak dikenal dengan tongkonan penyusun aturan agama dan penyusun aturan masyarakat .Pelaksanaan tugas dari tongkonan harus berdiam diempat tongkonan itu untuk membina kesatuan perintah dan kedudukan yang sangat susah dipatahkan namun sering ada tongkonan ang bersaing satusama lain  .
Begitu pula untuk memperkuat peranan dan kedudukan dari suatu tongkonan berkuasa seluruh keluarga yang bersumber atau berketurunan dari tongkonan itu diajak oleh pejabat penguasa tueut memmikirkan sebagai pembinaan martabat dan kedudukan seluruh keluarga harus bersama -sama mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan tongkonan itu karena tidak terlepas dari martabat keluarga itu sendiri maka untuk menunjukan kebenaran hak tiap –tiap anggota keluaraga itu ialah jikalau mata diusahakan dibawa ketongkonannya untuk diupacarakan ditongkonan itu atau membuat sesuatu persoalan dalam keluarga diusahakan pemakamannya diadakan ditempat tongkonanan itu dan inilah sebagai kekuatan yang merangsang kebudayaan toraja dalam hal mengabdikan kepada tongkonanan .

DiTana Toraja sekarang ini dikenal ada beberapa tingkatan tongkonana sebagai sesuai dengan peranannya dari penguasa –penguasa yang membangun tongkonan tersebut ,masing –masing :
a.       Tongkonan layuk (maha tinggi agung ) yaitu tongkonan yang pertama-tama menjadi tempat sumber perinta dan kekuasaan –kekuasaan dengan pereturan –peraturan tertentu diTana Toraja dahulu kalah, dan tongkonan –tongkonan yang dimaksud adalah sebagai tempat pembuatan poeraturan masyarakat yang dinamakan tongkonan pesio’ aluk
b.      Tongkonan pekaindoran/pekamberan dan lasim sekarang dikenal dengan nama tongkonan kaparenggesan ,tongkonan kebarasan / tongkonan anak patalo yaitu tongkonan yang didirikan oleh penguasa –penguasa dalam masing –masing daerah untuk mengatur pemerintahan adat berdasarkan aturan dari tongkonan pesio’ aluk
c.       Tongkonan batu a’riri  (tiang batu )adalah tongkonan yang tidak mempunyai peranan hak dan kekuasaan apa-apa tetapi hanya sebagainbatu pertalian dari satu rumpun keluarga yang memjadi turunan dari yang mendirikan tongkonan itu untuk membina persatuan keluarga dan membina warisan tongkonanitu .

Ketiga bentuk tingkatan tongkonan tersebut diatas itu bangunanya sama seluruhnya yaitu berbentuk perahu layar , yang didirikan menghadap keutara namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan kusus yang mengertikan peranan dan fungsi dari masng –masing tongkonan umpamanya tiang yang bernama ariri posih (tiang tenga)hanya untuk tongkonan layuk  dan tongkona pekaindoran / pekaamberan yang mempungai sedangtongkonan batu ariri tidak boleh begitu pula persamaan kombongan (kepala kerbau) dan ketik (yang berbentuk kepa ayam ) tidak bole dipadsang pada tongkonan batu arriri tetepi pada tongkonan layuk dan tongkonan pakaindoran / pekaamberan hal itu sebagai syarat dan terus dapat membedakan tongkonan –tongkonan itu pada waktu di lihat namun hanya sepintas lalu

 Disamping beberapa perbedaan tersebut diatas maka suatu hal yang selalu membadakan tongkonan baktu ariri  ini  antara tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran /pekaamberan dalam berbicara ialah kedua tingkata tongkonan tersebut di hormati oleh masyarakat namun bangunanya suda tidak ada tetapi tongkonan batu ariri tidak demikian dan sebagai pemujaanya hanya keluarga yang berketurunan dari tongkonanitu.

Peraturan –peraturan dalam membangun tongkonan       
            
      
  1. acara pendahuluan
bahwa sejak dari mulanya dikerjakan tongkonan tiap –tiap proses pembangunanya didahului dengan suatu acaraatau sebelum tongkoan itu dirara atau ditabiskan harus didahului dengan acara pendahuluan sebagai syarat dalam pembangunan tongkonan yang dilak sanakan dengan korban persembahan ayam atau babi yang susunanya sbb:
  a.acara mangrimpun. Acara mangrimpun adalah suatu cara permulaan dalam menghajatkan sesuati pembangunan tongkonan memurut kepercayaan aluk todolo(agamapurba toraja)dengan mengorbankan satu ekor babi sebagai korban persembahan yang maksubnya mempertinggi seluru nenek moyang dari keluarga tersebut karena akan menghajatkan pembuatan suatu tongkonan .
 b.  acara massu’duksebelum memulai pekerjaan yang pertama dalam membangun /pembaharunan tongkonan terlebi dahulu menjatukan atap –atap ruma tongkonan ruma yang akan dibaharui sebagai tanda tongkonan tersebut diatas tak dapat lagi dipertahankan bangunanya dan harus diganti dengan mengadakan persembahan satu akor babi . 
c. acara manglelleng sesudah acara massu’du (menjatukan atap) maka besoknya harinya terus dimulainya dengan menebang kayu-kayu ramuan dalam segalsa bentuk dan ukuran yang dilakukan sampai seluru ramuan tersedia yang didahului dengan mendahulukan kurban persembahan satu ekor ayam.
d. acara mangrampun kayu, setelah seluruh bahan – bahan kayu ramuan telah tersedia/ ditebang maka mulai dikerjakan pengumpulan kayu-kayu ramuan itu ketempat akan membanyun tongkonan itu dengan didahului dengan kurban persembahan satu ekor babi dimana pekerjaan ini dikerjakan dengan cara gotong royong dari seluru anggota masyarakat dalam daerah kekuasan dari tongkonan tersebut.
e.       acara manglopo’, acara ini ialah mengadakan kurban persembahan dengan satu ekor babi sebagai acara mulai mengukur dan memotong serta memotong ramuan ramuan itu oleh ahlih-ahlih bangunan ruma tongkonan serta dari orang-orang yang mengetahui syarat penempatan ujung –ujung  tiap –tiap kayu
 f. acara ma’pabendan, setelah seluru ramuan –ramuan telah selesai di susun dengan memperhatikan ujung-ujung tiap-tiap potongan kayu karena tidak dapat ada kayu yang berselang –seling susunanya umpamanya semua tiang yang berdiri haruspokoknya pada bagian dibawa, yang melintang pokoknya harus kesebelah barat dan memanjang pokognya harus keselatan .
sesudah diatur demikian maka dilakukanlah acara ma’pabendan itu dengan memperhatikan syarat–syarat pendirian rumah tongkonan seperti waktu dan hari baik haris memperhatikan peredaran bulan dilangit dan beberapa ahlih banghunan mempergunakan hari karua sombana bulan (delapan hari terbitnya bulan )serta mencari hari senin pagi /sugu dengan didahului dengan kurban persembahan satu ekor babi .
f.  acara ma’ariri posi',ariri posik (tiang tenga ) adalah tiang yang hanya diperuntukkan bagi tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran /pekamberan atau tongkonan yang mempunyai peranan dan fungsi adat derngan kurban persembahan satu ekor babi . 
g.acara ma’ palumbang pata', acara ini ialah memasang kayu bagian tenga yang memanjang dinamakan patak dan letaknya di atas tiang –tiang tenga dengan kurban persembahan satuekor babi dengan arti simbolis pula bahwa semua kayu membujur utara selatan sudah diselamati .
h.      acara ma’kemum rinding, acara ini ialah pemasangan seluruh dinding dari rumah tongkonan  dengan mengadakan kurban persembahan  satu ekor babi , dan mengartikan pula bahwa seluru macam kayu yang terpotong-potong pendek dan tidak terikat pada syarat letak ujung pokoknya suda di selamati secara simbolis.
j.acara ma’ petuo, acara ini maksudnya mendirikan /memasang tiang tenga dari badan ruma dan tempat kayu bubungan rumah dengan kurban persembahan satu ekor babi atau ayam yang mengartikan pula bahwa semua kayu kayu yang berdiri diatas badan rumah sudah diselamati secara simbolistik
i.        acra ma’babak lekok
untuk rumah tongkonan yang berkuasa  dan suda ditabiskan dan diselamati dengan upacara penabisan tertinggi yang dikatakan magrara serta suda melaksanakan upacara pengucapan syukuran yang tertinggi namanya makbuak /lapak harus memasang pintu kecil pada bagian sebelah timur tempat menyatur sajian –sajian pada setiapadanya upacara pengucapan syukur dan acara ini diadakan kurban persembahan satu ekor babi .
j.        acara ma’ luntean
acaraini ialah memasang satu tiang diatas rumah tongkonan tempat peghulu / pendeta purba berpegang /berdiri pada waktu menyucap doa dalam upacara tertinggi sera upacara penabisan tongkonan dengan kurban satu ekor babi atau ayam

a.       acara mangonok
Acara ini ialah mengatur dan merampungkan atap-atap kecil yang dinamakan tarampak dan merampungkan atap-atap besar dari rumah tongkonan dan sisah akan dipasang dengan mengadakan kurban persembahan satu ekor babi disamping itu suda menyelamati semua baban bambu yang di  pergunakan dalam pembangunan tongkonan tersebut. Bahwa acara –acara  tersebut diatas afdalah acara yang dilakukan dalam pembangunan rumah tongkonan yang berkuasa ( tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran /pekamberan )sedang acara untuk bangunan tongkonan batu ariri (yang tidak mempunyai peranan )ada bebrapa acara yang tidak dipergunakan dari acara tersebut diatas .

2. acara-acara mengahiri pembangunan rumah tongkonan
acara –acara mengahiri pembangunan rumah tongkonan adalah sebagai tanda bawa pembangunan suda selesai dan akan menghadapi upacara penabisan yang dinamakan mangrara banua /tongkonan dengan maksup agar supaya rumah ini keberkatan dari yang maha kuasa maka perlunga da pengucapan syukur , maka terlebi dahulu mengadakan upacara-upacara kusus sesuaindengan prinssip dari aluk todolo , yang sebagai berikut :
a.       acara ma’ pallin

acara ini ialah maksutnga mengadakan upacara kecil dengan kurban persembahan yang artinya mengakui bahwa selama pembangunan rumah tongkonan sering terdapat kekjeliruan dari pekerja atau silang sengketa dari pekerja –pekerja yang pelaksanaanya satu dengan kurban satu ekor ayam .

b.      acara sitama

acara sitama ialah mengadakan kurban persembahan dalam satu upacara kecil dengan kurban satu ekor ayam yang maksupnya mengakui dan memaafkan seluru kesalahan  dan silang sengketa dari seluru keluarga jikalau terjadi sejak dari perenjanaan pembangunan tongkonan itu .
c.       acara  ma’ garu ‘ga ‘

acara ini ialah mengadakan kurban persembahan satu ekor ayam dalam satu upacara kecil untuk menyelamati tempat mengatur dalam mengurus makanan dari pekerja-pekerja selama pembangunan yang umumnya tempat ini didepan dari rumah yang sedang dibangun dengan membuat pula satu pondok kecil sebagai tempat pekerja tersebut.

d.      acara massuru ‘ alang .

acara massuru’ alang ialah upacara kecil dengan kurban persembahan satu ekor ayam yaitu acara menyelamati tempat mengatur jalanya upacara dan alangnya penbangunan yang telah dilakukan dan akan dikerjakan seterusnya yang tak lain ialah lantai lumbumg padi namanya alang ,

e.       acara mangrimpung .

acara ini adalah mengadakan peringatan serta persaksian kepada leluhur yang lahir dari tongkonan tersebut bahwa pembangunan suda selesai dan kini akan menghadapi upacara penabisanya yang pelaksanaanya dengan kurban persembahan satu ekor babi .

f.       acara tammui lalanna sukaran aluk

acara ini ialah suatu upacara kecil dengan kurban persembahan satu ekor ayam yaitu dengan maksup mensyukuri terciptanya aluk todolo sebagai aluk dari masyarakat toraja dan terciptanya aturan –aturan seta adat pembanguna rumah tongkonan yang dibina dengan aluk todolo dan menjadi pegangan dari manusia .

g .acaratammui lalanna tagari sanguyun

acara ini ialah memperingati dan mensyukuri seluru bentuk-bentuk kurban persembahan kepada tiga oknom yang dipuja dan disemba karena kurban –kurban itu diterimah oleh yang dipuja dan yang disembah sejak dari permulaan pembangunan rumah tongkonan dan seterusanya yang dilaksanakan dengan kurban persembahan satu ekor ayam .
                                                                                               

g.      acara tammui lalanna kalimbuang boba

acaraini ialah mensyukuri seluru sumber mata air yang dipergunakan oleh manusia dalam pembangunan rumah tongkonan ,oleh karena air adalah factor utama dalam kehidupan manusia yang dilakukan dengan kurban persembahan satu ekor ayam .
h.      acara tammui lalanna tetean bori’ pola bulaan tasak .

acara ini ialah mensyukuri seluruh sumber harta benda termasuk emas sebagai sumberkekayaan yang kesemuanya banyak dipergunakan membiayai rumah tongkonan yang dilakukan dengan satu upacara kecil dengan kurban persembaha satu ekur ayam .

dengan selesainya acara –acara tersebut diatas maka barulah dipersiapkan upacara penabisan rumah tongkonan yang dinamakan mank rara banua /tongkonan dimana suatu keharusan dari seluruh keluarga yang keturunan dan lahir dari tongkonan turut serta mengadakan upacar pengucapan syukur tanda selesainya rumah pusakanya itu tanpa kecuali namun berada diluar daerah atau dirantau orang ,karena kewajiban ini adalah salah satu dari kewajiban manusia toraja menyapdi kepada pusaka / warisan orang tuanya dan merupakan pula tempat memperkuat persatuan dan kerukunan dari seluruh keluarga yang berketurunan dari togkonan tersebut penabisan rumah tongkonan bagi masyarakat toraja adalah kewajiban mutlak makanya penabisan itu mempunyai tingkatan sesuai dengan tingkatan dan fungsi dari masing –masing tongkonan yaitu juanya seluruhnya sama:
  1. tanda bersyukur karana selesainya pembangunan tongkonanya yang dikerjakan sejara gotong royong dari seluruh keluarga yang lahir dari tongkonanitu.
  2. tempat perkenalan dari semua keluarga yang lahir dari keturunan tongkonan tersebut yang datang berbondong-bondong membuktyikann adanya kesetiaanya , disamping itu arti pula dari mangrara tongkonan ini ialah maktoding rara (memberi tanda dengan dara)pada dahi masing-masing keluarga makanya tanpa berkenalan suda dapat mengetahui siapa-siapa keturunan dari tongkonan tersebut.
  3. bahwa keluarga yang berkerutunan dari tonkonan ituu mangadakan kurban babi beratus –ratus untuk maksutnya tanda gembira dan bertujuan akan memperlihatkan peranan bersosial kepada masyarakat, disamping itubjuga sebagai ukuran / prestige keluarga yang selesai ruma / tongkonanya itu , terutama bagi tongkonan yang berkuasa pada kesempatan ini membuktikan kewajiban bersosial  kepada masyara kat yang dikuasainya atau di pimpinya .

berdasarkan adanya tujuan –tujuan upacara mangrara banua / tongkonan tersebut diatas , maka diTana Toraja di kenal adanya empat tingkatan upacara penabisan rumah / tongkonan masing-masing :

    1. upacara yang hanya  dengan siyarat selesainya pembangunan yang nampak pada waktu sementara mengatapi rumah yaitu hanya pernyataan untuk rumah pribadi yang namanya banua barung-barung dengan upacara dinamakan makpadao para dan hanya mengorbankan satu ekor babi sekedar lauk  pauk kepada orang yang sedan menyatapi rumah tersebut .
    2. upacara untu menyabiskan / menyelamati tongkonan batu ariri dari satu rumpu keluarga yaitu tongkonan perikatan keluarga semata-mata dengan upacara yang dinamakan mangrara banua / tongkonan disanggalloi (penabisan rumah / tongkonan dengan hanya sehari upacara)  dimana seluru bkeluarga mengadsakan pengorbanan babi untuk sebahagian kurban social yang dibagi –bagikan kepada masyarakat menurut adat serta untuk lauk pauk bagi yang sementara mengatapi ruma
    3. upacaa untuk menabiskan /menyelamati tongkonan pekaindoran /pekaamberan dengan upacara yang dinamakan mangrara banua /tongkonan di tallung alloi  yaitu upacara yang memakanwaktu tiga hari upacara di mana dikurbankan babi sebanyak –banyaknya dari seluru keluarga untuk disosialkan kepada masyarakat menurut adat disamping beberapa ekor untuk sajian persembahan.

Untuk upacara mangrara banua ditallung alloi ini dilakukan dalam 3 hari berturut-terut yaitu dengan cara :
  1. hari pertama namanya ma’ tarampak yaitu secara resmi pemasangan atap kecil-kecilan namanya tarampak karena karena pada hariitu baru diadakan kurban persembahan ma’tarampak namun suda lama dipasang .
  2. hari kedua namanya makpapa ( mengatapi ) yaitu cararesmi seluruh atap baru dinyatakan dipasang karena baru pada waktu itu diadakan kerban persembahan mengatapi rumah yang sebenarnya sudah lama selesai .
  3. hari ketiga namanya ma’ tubung ( memasang bubungan ) yaitu secara resminya bubungan rumah dinyatakan dipasan karena baru pada waktu itu diadakan kurban persembahan memasang bubungan rumah namun sebenarnya suda lama pula terpasang

    1. Upacara untuk menabiskan rumah tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran/pekamberan yang telah berjasa dan bersejarah dan sudah pulah mengadakan upacara tertinggi diTana Toraja namanya bua’ atau la’pa ,dilaksanakan dengan penabisan upacara mangrara banua ditallu rarai (dikurbankan tiga macam darah yaitu kerbau,babi,dan ayam ) yang dilakukan pulah dalam tiga hari berturut- turut yang prosesnya sama dengan upacara mangrara banua ditallung alloi tersebut diatas ,hanya saja pada upacara mangrara banua ditallung alloi pada upacara mangrara banua ditallu rarai ini dikurbankan kerbau setinggi –tingginya 3 ekor dan sekurang –kurangnya 1 ekor tetapi babi tidak terbatas seperti pulah pada upacara mangrara banua ditallung alloi .

Ia semua tongkonana yang tersebut diatas ada sebagian yang diukir seluruhnya tetapi a da  pulah tidak diukir seluruhnya dan hal itu tergantun kepada keiginan dari keluarga yang bersangkutan namun demikian ada ukuran yang tak dapat dilangkakan pada pembangunan tongkonan terutama untuk tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran/pekamberan ialah ukiran yang dinamakan garontok passara’(pokok ata dasar ukiran )karena ukiran ini merupakan lambang yang mempunyai arti yang sangat penting yang merupaka gambaran peri kehidupan dari manusia toraja karena ukiran ini adalah ukiran yang pertama pulqh dikenal dan dipergunakan mengukir bangunan rumah –rumah toraja terutama rumah adat keluarga yang memang paranan dan fungsi adat dan ukuran ini sebagi lambang kehidupan manusia toraja masing –masing ;
1passura’pa’barre allo (ukiran bentuk matahari terbit) yaitu ukuran yang dipasang diatas pada depan dari rumah tongkonan
2.passura’pa’manuk londong(ukiran bentuk ayam jantan )yaitu ukran yangdipasang juga didepan dari tongkonan yang biasa diletakkan diatas passura ‘pa’barre allo’
  1. Passura’pa’tedong dan ada pulah orang menamakanya passura pa,tikke’ (ukiran bentuk seperti kepala kerbau atau bentu capung yang hinggap ) yaitu ukiran yang dipasang pada kayu tempat memasang dinding namanya sangkinan rinding atau pada kayu ramuan yang mempertemukan dua potongan kayu .
  2. passura’ pa’sussuk (ukiran seperti garis-garis lurus )yaitu ukiran yang dipasang pada dindig-dinding sampai atu pada kayu ramuan yang diri yang lebar –lebar 

keempat macam ukiran ini semuabnya dinamakan garuto ‘ passurak yang artinga melambangkan falsafat pergaulan kehidupan manusia toraja dan akan dilaksanakan dalam arti ukiran dan warna pada bab berikutnya.

Bahwa dalam pemakaian ukiran-ukiran itu pada rumah tongkonan di Tana Toraja tidak sama seluruhnya tetapi berbeda-bada terutama antara rumah tongkonan batu ariri dan tongkonan yang berkuasa ada beberapa perbedaan karena sesuai dengan peranan dari tongkonan tersebut

Disamping perbedaan pemasangan ukiran untuk tomngkonan batu ariri dan tongkonan layuk dan tongkoran pekaindoran /pekaamberan masih terdapat perbedasan –perbedaan lain .

  1. persyaratan pembanyunan tongkonan layuk dan tongkoran pekaindoran /pekaamberan tidak berbeda begitu pula antara tongkonan batu ariri .
  2. tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran /pekaamberan namun bangunanya sudah tidak ada berdiri tetapi perananya tetap di hormati oleh masyarakat , seta jabatan –jabatan adatnya pun masih tetap berlaku sedang untuk tongkonan batu ariri tidak mempunyai peranan yang harus dikenal oleh masyarakat .
  3. tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran/pekaamberawn mempunyai daerah kekuasanya adatnya yang ertentu dengan tugas dan kewaciban masyarakat yang tertentu pula tetapi untuk tongkonan batu ariri tidak ada .
  4. tongkonan kayuk dan tongkonan pekaindoran /pekaamberan kalau selesai dibaharui pembangunanya diikat oleh adat dengan upacara penabisan dengan upacara mangrara banua di tallung alloi dan ditallu rarai tetapi tongkonan batu ariri tidak terikat namun jikalu  keluarga yang bersangkutan berkemampuan padat pula dilaksanakan demikian .
berdasarkan persyaratan –persyaratan dn pembangunan rumah tongkonan tersebut diatas nyatalah dalam kehidupan manusia toraja tongkonan ini sanyat menentukan beberapa segi perkembangan kebudidayaan toraja dan sanyat nyata merupakan dasar dari terbinanya kepribadian toraja a.l.

    1. tongkonan sebagai lambang dan tempat sumber kekuasaan dan pusat pemerintahan adat bagi tongkonan pekaindoran / pekaamberan dan tongkonan layuk.
    2. Tongkonan sebagai lambang dan tempat pembinan kesatuan dan rasa kekeluargaan yang erat dari keluarga  yang berketurunan dari dari masng-masing tongkonan
    3. Tongkonan tempat bermusyawara /balai pertemuan klusarga yang lahir dari keturunan tongkonan itu
    4. Tongkonan sebagai pusat atau tempa melakukan setiap kegiatan adat dan upacara –upacara adat dari pihak –pihak keluarga tanpa kecuali besar atau kecilnya upacara atau masyarakat
    5. Dengan terpeliharanya tongkonan itu di Tana Toraja maka rasa keluarganya diantara seluru masyarakat tetap terpupuk dan terbina dan inilah dasar yang kuat dari kepribadian masyarakat toraja , karena setiap manusia toraja besar atau kecil harus mempungai tongkonan serta mempunyai kewajiban mengabdi kepada tongkonannya .
Demikianlah erjadinya tongkonan dan peranan tongkonan di Tana Toraja yang merupakan lambang persatuan .dan tempat pembinanan kekeluargaan  masyarakat toraja dimana tiap-tiap orang dahulu membangun rumah tongkonan ,membuat pula liang (kuburan )0 sebagai pasangan dari pada tongkonanya tersebut makanya orang-orang toraja menanamkan liang itu tongkonaan tang metambu ( tongkonan tak berasap) karena sehubungan dengan keyakinan masyarakat  toraja dalam aluk todolo bahwa manusia pada masa hidupnya bersatu di tongkonan dan setelah mati roh –roh itu bersatu ditongkonan gaip serta mayat itupun bersatu dalam tongkonan tang merambu sebagai liang pusakah dan sebagai pasangan dari suatu rumah tongkonan yang sebenarnya .



    Terima Kasih telah membaca!!!!

0 komentar:

Post a Comment