" Tongkonan "
Oleh:
Krisnataniel
T O N G K O N A N
(Rumah
Adat Keluarga Toraja)
Rumah diTana
Toraja selain didiami oleh manusia swama dengan rumah –rumah di daerah lain
,juga mempunyai fungsi dan peranan serta erti yang sangat penting dalam
penghidupan masyarakat toraja dan merupakan hal atau masalah yang dapat
dimikiri oleh setiap manusia toraja di manapun dia berada. Rumah yang bernama
tongkonan itu dianggap sebagai pusaka dan hak milik turun temurun yang berasal
atau berketurunan dari manusia yang pertama membangun tongkonan tersebut.
Kata tongkonan
adalah kata yang berasal dari kata tongkon yang artinya duduk, yaitu mengandung
arti bahwa tongkonan itu ditempati duduk untuk membicarakan dengan
menyelesaikan segalah masalah yang penting –penting Dahulu seorang yang memengang kekuasaan
dengan menjabat suatu tugas ada selalu didatangi oleh masyarakat untuk meminta
perinta dan petunjuk –petunjuk setiap masalah ditempat penguasa itu
tinggal/diam, dimana semua orang yang datang itu duduk mendengar dan menerima
perintah. Inilah permulaanya kata tongkonan ini dipergunakan untuk memberi nama
rumah ilah tempat duduk atau tongkon dan tak lain dari pada rumah kediaman dari
penguasa adat, yang lama kelamaan rumah itu sebagai tempat sumber kekuasaan dan
sumber pemerintahan adat.
Penguasa adat yang pertama setelah meninggal dunia digantikan oleh
turunanya untuk melanjutkan peranan dan kedudukan serta cara dari penguasa adat
yang telah meninggal dunia sebagai penguasa adat yang pertama ,dengan
menjadikan rumah dari penguasa adat itu sebagai tempat melaksanakan dan
melanjutkan tugas dan kewajiban penguasa adat yang pertama dengan memusatkanya
dirumah itu yang kemudian dinamakan tongkonan. Bagi bangsaan penguasa adat
menjadi tongkonan itu sebagai istananya hanya saja semua turunan dari padanya
atau lahir dari keturunan tongkonan itu mempunyai kewajiban yang sama
memelihara kedudukan dan kekuasaan dari tongkonan tersebut.
Setelah
perkembangan kemajuan masyarakat bertambah meningkat maka setiap penguasa yang
mempunyai daerah kekuasaan dengan tugas dan peranan adat membuat rumah yang
dinamakan pulah tongkonan karena pada waktu tinggal dirumah itu , rumah itu
merupakan pulah tempat masyarakat memintah perintah dan menyelesaikan
masalahnya pada penguasa adat , yang seterusnya tetap membina hak dsn kekuasaanya
bagi turunannya setelah meninggal dunia.
Itulah sebabnya
maka terdapat beberapa rumah dalam suatu daerah kekuasaan adat yang dinamakan
tongkonan namun kemudian ternyata bahwa kekuasaan adat dari penguasa itu hanya
satu maka rumah yang lain tidak mempunyai kekuasaan adat tetapi merupakan rumah
atau tongkonan hanya sebagi rumah tempat membina persatuan dari turunannya
serta membina warisanya ,maka mulailah terdapat rumah tongkonan yang tidak
mempunyai kedudukan sebagai penguasa adat dari satu penguasa dan hanya serbagi tempa pembinaan persatuan
keluarga dan tempat pembinaan harta warisan keluarga semata –mata.
Dengan adaya
perkembangan demikian terus menerus bagi setiap penguasa adat maka orang –orang
lainpun yang tidak mempunyai kekuasaan adat yang membuat rumah dinamakan juga
tongkonan karena sebagai tempat membina keluarga dan turunannya serta
warisannya yang dipusatkan dirumah keluarga itu dan merupakan pula tongkonan
dari keluarga tersebut .
Dengan demikian
maka pengertian tongkonan itu adalah sebagi tempat pembinaan keluarga dalam
persatuan keturunan dan harta warisan keluarga yang berketurunan dari tongkonan
itu ,dan inilah seterusnya yang membentuk
kepribadian dan menyusun kebudayaan toraja dengan dasar kesatuan
kekeluargaan serta kegotong royongan dimana setiap manusia toraja terikat
didalamnya ,disamping peranan dan fungsi tongkonan itu sebagai sumber kekuasaan
adat dan pemerintahan ada toraja.
Masyarakat
toraja mengenal rumah itu dalam dua golongan yang besar yaitu:
1.
Tongkonan
yaitu rumah adat keluarga toraja
2.
Banua
barung –barung yaitu rumah pribadi orang toraj
1.Rumah tongkonan ini
bentuknya sekarang sebagai perahu layar karena mempunyai
sejarah yang penting, yang menurut sejarah
toraja adalah berasal dari penguasa –penguasa yang datang menguasai darah Tana
Toraja yaitu bangsa yang berasal dari suku bangsa diluar sulawesi selatan yang
datang dengan mempergunakan perahu yang dinamakan lembang mengikuti sungai
–sungai yang besar dan yang terkena ialah sungai sa’dan Bahwa pada saat perahunya tak dapat lagi
melayari sungai –sungai yang besar dan airnya maka sebahagian menambar
perahunya dipinggir –pinggir sungai pada tebing –tebing sungai yang dilalui
kemudian penghuninya berangkat berjalan kaki menuju kepegunungan untuk
bertempat diam disana. Sebagian pula
dari mereka itu mendengar perahunya dan kerangka –kerangkanya diangkut pulah
dari kepegunungan kemudian disan dipasang kembali untuk menjadi rumah tempat
mereka bernaung , yang kemudian mengikuti pembuatan rumah bemtuk dari perahu
dan sebagai dasar pertama dari maka itu mempergunakan rumah yang menjulang
kebelakang dan kemuka dst.
Terjadinya peran dan kekuasaan
dari perahu yang sudah menjadi rumah yaitu pada saat penguasa –penguasa baru
itu datang ,memilih tempat –tempat yang tinggi –tinggi dimana masyarakat
sekitarnya diberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk dalan hal membina
kehidupan yang kemudian tempat tinggal penguasa itu sebagai sumber perintah dan
kekuasaan yang mula-mula dalam bentuk penerangan ,dan lama kelamaan setelah rumah
dari perahu itu rusak dibagun kembali dan tetap mempunyai bentuk dari perahu
ditempat itu dan masyarakat sekitarnya teap datang meminta petunjuk dan
menerimah perintah dan kekuasaan yang oleh masyarakat sekitarnya harus
menaatinya yang kemudian menjadi tongkonan sebagai yang telah diuraikan diatas,
makanya jikalau kita mempelajari sejarah toraja banyak atau hampir seluruhnya
tongkonan yang berkuasa dahulu kala bertempat diatas puncak –puncak gunung yang
tinggi dan sampai kini banyak dikenal dengan tongkonan penyusun aturan agama
dan penyusun aturan masyarakat .Pelaksanaan tugas dari tongkonan harus berdiam
diempat tongkonan itu untuk membina kesatuan perintah dan kedudukan yang sangat
susah dipatahkan namun sering ada tongkonan ang bersaing satusama lain .
Begitu pula untuk memperkuat
peranan dan kedudukan dari suatu tongkonan berkuasa seluruh keluarga yang
bersumber atau berketurunan dari tongkonan itu diajak oleh pejabat penguasa
tueut memmikirkan sebagai pembinaan martabat dan kedudukan seluruh keluarga
harus bersama -sama mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan tongkonan itu
karena tidak terlepas dari martabat keluarga itu sendiri maka untuk menunjukan
kebenaran hak tiap –tiap anggota keluaraga itu ialah jikalau mata diusahakan
dibawa ketongkonannya untuk diupacarakan ditongkonan itu atau membuat sesuatu
persoalan dalam keluarga diusahakan pemakamannya diadakan ditempat tongkonanan
itu dan inilah sebagai kekuatan yang merangsang kebudayaan toraja dalam hal
mengabdikan kepada tongkonanan .
DiTana Toraja sekarang ini
dikenal ada beberapa tingkatan tongkonana sebagai sesuai dengan peranannya dari
penguasa –penguasa yang membangun tongkonan tersebut ,masing –masing :
a.
Tongkonan layuk (maha tinggi agung ) yaitu tongkonan
yang pertama-tama menjadi tempat sumber perinta dan kekuasaan –kekuasaan dengan
pereturan –peraturan tertentu diTana Toraja dahulu kalah, dan tongkonan
–tongkonan yang dimaksud adalah sebagai tempat pembuatan poeraturan masyarakat
yang dinamakan tongkonan pesio’ aluk
b.
Tongkonan pekaindoran/pekamberan dan lasim sekarang
dikenal dengan nama tongkonan kaparenggesan ,tongkonan kebarasan / tongkonan
anak patalo yaitu tongkonan yang didirikan oleh penguasa –penguasa dalam masing
–masing daerah untuk mengatur pemerintahan adat berdasarkan aturan dari
tongkonan pesio’ aluk
c.
Tongkonan batu a’riri
(tiang batu )adalah tongkonan yang tidak mempunyai peranan hak dan
kekuasaan apa-apa tetapi hanya sebagainbatu pertalian dari satu rumpun keluarga
yang memjadi turunan dari yang mendirikan tongkonan itu untuk membina persatuan
keluarga dan membina warisan tongkonanitu .
Ketiga bentuk tingkatan tongkonan
tersebut diatas itu bangunanya sama seluruhnya yaitu berbentuk perahu layar ,
yang didirikan menghadap keutara namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan
kusus yang mengertikan peranan dan fungsi dari masng –masing tongkonan
umpamanya tiang yang bernama ariri posih (tiang tenga)hanya untuk tongkonan
layuk dan tongkona pekaindoran /
pekaamberan yang mempungai sedangtongkonan batu ariri tidak boleh begitu pula
persamaan kombongan (kepala kerbau) dan ketik (yang berbentuk kepa ayam ) tidak
bole dipadsang pada tongkonan batu arriri tetepi pada tongkonan layuk dan
tongkonan pakaindoran / pekaamberan hal itu sebagai syarat dan terus dapat
membedakan tongkonan –tongkonan itu pada waktu di lihat namun hanya sepintas
lalu
Disamping beberapa perbedaan tersebut diatas
maka suatu hal yang selalu membadakan tongkonan baktu ariri ini
antara tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran /pekaamberan dalam
berbicara ialah kedua tingkata tongkonan tersebut di hormati oleh masyarakat
namun bangunanya suda tidak ada tetapi tongkonan batu ariri tidak demikian dan
sebagai pemujaanya hanya keluarga yang berketurunan dari tongkonanitu.
Peraturan –peraturan dalam
membangun tongkonan
- acara pendahuluan
bahwa sejak dari mulanya
dikerjakan tongkonan tiap –tiap proses pembangunanya didahului dengan suatu
acaraatau sebelum tongkoan itu dirara atau ditabiskan harus didahului dengan
acara pendahuluan sebagai syarat dalam pembangunan tongkonan yang dilak sanakan
dengan korban persembahan ayam atau babi yang susunanya sbb:
a.acara mangrimpun. Acara mangrimpun adalah suatu
cara permulaan dalam menghajatkan sesuati pembangunan tongkonan memurut
kepercayaan aluk todolo(agamapurba toraja)dengan mengorbankan satu ekor babi
sebagai korban persembahan yang maksubnya mempertinggi seluru nenek moyang dari
keluarga tersebut karena akan menghajatkan pembuatan suatu tongkonan .
b. acara massu’duksebelum memulai
pekerjaan yang pertama dalam membangun /pembaharunan tongkonan terlebi dahulu
menjatukan atap –atap ruma tongkonan ruma yang akan dibaharui sebagai tanda
tongkonan tersebut diatas tak dapat lagi dipertahankan bangunanya dan harus
diganti dengan mengadakan persembahan satu akor babi .
c. acara manglelleng sesudah acara massu’du (menjatukan
atap) maka besoknya harinya terus dimulainya dengan menebang kayu-kayu ramuan
dalam segalsa bentuk dan ukuran yang dilakukan sampai seluru ramuan tersedia
yang didahului dengan mendahulukan kurban persembahan satu ekor ayam.
d. acara mangrampun kayu, setelah seluruh bahan – bahan kayu
ramuan telah tersedia/ ditebang maka mulai dikerjakan pengumpulan kayu-kayu
ramuan itu ketempat akan membanyun tongkonan itu dengan didahului dengan kurban
persembahan satu ekor babi dimana pekerjaan ini dikerjakan dengan cara gotong
royong dari seluru anggota masyarakat dalam daerah kekuasan dari tongkonan
tersebut.
e.
acara manglopo’, acara ini ialah mengadakan kurban
persembahan dengan satu ekor babi sebagai acara mulai mengukur dan memotong
serta memotong ramuan ramuan itu oleh ahlih-ahlih bangunan ruma tongkonan serta
dari orang-orang yang mengetahui syarat penempatan ujung –ujung tiap –tiap kayu
f. acara ma’pabendan, setelah seluru ramuan –ramuan
telah selesai di susun dengan memperhatikan ujung-ujung tiap-tiap potongan kayu
karena tidak dapat ada kayu yang berselang –seling susunanya umpamanya semua
tiang yang berdiri haruspokoknya pada bagian dibawa, yang melintang pokoknya
harus kesebelah barat dan memanjang pokognya harus keselatan .
sesudah diatur demikian maka
dilakukanlah acara ma’pabendan itu dengan memperhatikan syarat–syarat
pendirian rumah tongkonan seperti waktu dan hari baik haris memperhatikan
peredaran bulan dilangit dan beberapa ahlih banghunan mempergunakan hari karua
sombana bulan (delapan hari terbitnya bulan )serta mencari hari senin pagi
/sugu dengan didahului dengan kurban persembahan satu ekor babi .
f.
acara ma’ariri posi',ariri posik (tiang tenga ) adalah
tiang yang hanya diperuntukkan bagi tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran
/pekamberan atau tongkonan yang mempunyai peranan dan fungsi adat derngan
kurban persembahan satu ekor babi .
g.acara ma’ palumbang pata', acara ini ialah memasang kayu
bagian tenga yang memanjang dinamakan patak dan letaknya di atas tiang –tiang
tenga dengan kurban persembahan satuekor babi dengan arti simbolis pula bahwa
semua kayu membujur utara selatan sudah diselamati .
h.
acara ma’kemum rinding, acara ini ialah pemasangan seluruh
dinding dari rumah tongkonan dengan
mengadakan kurban persembahan satu ekor
babi , dan mengartikan pula bahwa seluru macam kayu yang terpotong-potong pendek
dan tidak terikat pada syarat letak ujung pokoknya suda di selamati secara
simbolis.
j.acara ma’ petuo, acara ini maksudnya mendirikan
/memasang tiang tenga dari badan ruma dan tempat kayu bubungan rumah dengan
kurban persembahan satu ekor babi atau ayam yang mengartikan pula bahwa semua
kayu kayu yang berdiri diatas badan rumah sudah diselamati secara simbolistik
i.
acra ma’babak lekok
untuk rumah tongkonan yang
berkuasa dan suda ditabiskan dan
diselamati dengan upacara penabisan tertinggi yang dikatakan magrara serta suda
melaksanakan upacara pengucapan syukuran yang tertinggi namanya makbuak /lapak
harus memasang pintu kecil pada bagian sebelah timur tempat menyatur sajian
–sajian pada setiapadanya upacara pengucapan syukur dan acara ini diadakan
kurban persembahan satu ekor babi .
j.
acara ma’ luntean
acaraini ialah memasang satu
tiang diatas rumah tongkonan tempat peghulu / pendeta purba berpegang /berdiri
pada waktu menyucap doa dalam upacara tertinggi sera upacara penabisan
tongkonan dengan kurban satu ekor babi atau ayam
a.
acara mangonok
Acara ini ialah mengatur dan merampungkan
atap-atap kecil yang dinamakan tarampak dan merampungkan atap-atap besar dari
rumah tongkonan dan sisah akan dipasang dengan mengadakan kurban persembahan
satu ekor babi disamping itu suda menyelamati semua baban bambu yang di pergunakan dalam pembangunan tongkonan
tersebut. Bahwa acara –acara tersebut
diatas afdalah acara yang dilakukan dalam pembangunan rumah tongkonan yang
berkuasa ( tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran /pekamberan )sedang acara
untuk bangunan tongkonan batu ariri (yang tidak mempunyai peranan )ada bebrapa
acara yang tidak dipergunakan dari acara tersebut diatas .
2. acara-acara mengahiri pembangunan rumah
tongkonan
acara –acara mengahiri pembangunan rumah tongkonan
adalah sebagai tanda bawa pembangunan suda selesai dan akan menghadapi upacara
penabisan yang dinamakan mangrara banua /tongkonan dengan maksup agar supaya
rumah ini keberkatan dari yang maha kuasa maka perlunga da pengucapan syukur ,
maka terlebi dahulu mengadakan upacara-upacara kusus sesuaindengan prinssip dari
aluk todolo , yang sebagai berikut :
a.
acara ma’ pallin
acara ini ialah maksutnga
mengadakan upacara kecil dengan kurban persembahan yang artinya mengakui bahwa
selama pembangunan rumah tongkonan sering terdapat kekjeliruan dari pekerja
atau silang sengketa dari pekerja –pekerja yang pelaksanaanya satu dengan
kurban satu ekor ayam .
b.
acara sitama
acara sitama ialah mengadakan
kurban persembahan dalam satu upacara kecil dengan kurban satu ekor ayam yang
maksupnya mengakui dan memaafkan seluru kesalahan dan silang sengketa dari seluru keluarga
jikalau terjadi sejak dari perenjanaan pembangunan tongkonan itu .
c.
acara ma’ garu
‘ga ‘
acara ini ialah mengadakan kurban
persembahan satu ekor ayam dalam satu upacara kecil untuk menyelamati tempat
mengatur dalam mengurus makanan dari pekerja-pekerja selama pembangunan yang
umumnya tempat ini didepan dari rumah yang sedang dibangun dengan membuat pula
satu pondok kecil sebagai tempat pekerja tersebut.
d.
acara massuru ‘ alang .
acara massuru’ alang ialah
upacara kecil dengan kurban persembahan satu ekor ayam yaitu acara menyelamati
tempat mengatur jalanya upacara dan alangnya penbangunan yang telah dilakukan
dan akan dikerjakan seterusnya yang tak lain ialah lantai lumbumg padi namanya
alang ,
e.
acara mangrimpung .
acara ini adalah mengadakan
peringatan serta persaksian kepada leluhur yang lahir dari tongkonan tersebut
bahwa pembangunan suda selesai dan kini akan menghadapi upacara penabisanya
yang pelaksanaanya dengan kurban persembahan satu ekor babi .
f.
acara tammui lalanna sukaran aluk
acara ini ialah suatu upacara
kecil dengan kurban persembahan satu ekor ayam yaitu dengan maksup mensyukuri
terciptanya aluk todolo sebagai aluk dari masyarakat toraja dan terciptanya
aturan –aturan seta adat pembanguna rumah tongkonan yang dibina dengan aluk
todolo dan menjadi pegangan dari manusia .
g .acaratammui lalanna tagari
sanguyun
acara ini ialah memperingati dan
mensyukuri seluru bentuk-bentuk kurban persembahan kepada tiga oknom yang
dipuja dan disemba karena kurban –kurban itu diterimah oleh yang dipuja dan
yang disembah sejak dari permulaan pembangunan rumah tongkonan dan seterusanya
yang dilaksanakan dengan kurban persembahan satu ekor ayam .
g.
acara tammui lalanna kalimbuang boba
acaraini ialah mensyukuri seluru
sumber mata air yang dipergunakan oleh manusia dalam pembangunan rumah
tongkonan ,oleh karena air adalah factor utama dalam kehidupan manusia yang
dilakukan dengan kurban persembahan satu ekor ayam .
h. acara tammui lalanna tetean bori’ pola
bulaan tasak .
acara ini ialah mensyukuri seluruh sumber harta benda termasuk emas sebagai
sumberkekayaan yang kesemuanya banyak dipergunakan membiayai rumah tongkonan
yang dilakukan dengan satu upacara kecil dengan kurban persembaha satu ekur
ayam .
dengan selesainya acara –acara tersebut diatas maka barulah dipersiapkan
upacara penabisan rumah tongkonan yang dinamakan mank rara banua /tongkonan
dimana suatu keharusan dari seluruh keluarga yang keturunan dan lahir dari
tongkonan turut serta mengadakan upacar pengucapan syukur tanda selesainya
rumah pusakanya itu tanpa kecuali namun berada diluar daerah atau dirantau
orang ,karena kewajiban ini adalah salah satu dari kewajiban manusia toraja
menyapdi kepada pusaka / warisan orang tuanya dan merupakan pula tempat
memperkuat persatuan dan kerukunan dari seluruh keluarga yang berketurunan dari
togkonan tersebut penabisan rumah tongkonan bagi masyarakat toraja adalah
kewajiban mutlak makanya penabisan itu mempunyai tingkatan sesuai dengan
tingkatan dan fungsi dari masing –masing tongkonan yaitu juanya seluruhnya
sama:
- tanda bersyukur karana selesainya pembangunan tongkonanya yang dikerjakan sejara gotong royong dari seluruh keluarga yang lahir dari tongkonanitu.
- tempat perkenalan dari semua keluarga yang lahir dari keturunan tongkonan tersebut yang datang berbondong-bondong membuktyikann adanya kesetiaanya , disamping itu arti pula dari mangrara tongkonan ini ialah maktoding rara (memberi tanda dengan dara)pada dahi masing-masing keluarga makanya tanpa berkenalan suda dapat mengetahui siapa-siapa keturunan dari tongkonan tersebut.
- bahwa keluarga yang berkerutunan dari tonkonan ituu mangadakan kurban babi beratus –ratus untuk maksutnya tanda gembira dan bertujuan akan memperlihatkan peranan bersosial kepada masyarakat, disamping itubjuga sebagai ukuran / prestige keluarga yang selesai ruma / tongkonanya itu , terutama bagi tongkonan yang berkuasa pada kesempatan ini membuktikan kewajiban bersosial kepada masyara kat yang dikuasainya atau di pimpinya .
berdasarkan adanya tujuan –tujuan
upacara mangrara banua / tongkonan tersebut diatas , maka diTana Toraja di
kenal adanya empat tingkatan upacara penabisan rumah / tongkonan masing-masing
:
- upacara yang hanya dengan siyarat selesainya pembangunan yang nampak pada waktu sementara mengatapi rumah yaitu hanya pernyataan untuk rumah pribadi yang namanya banua barung-barung dengan upacara dinamakan makpadao para dan hanya mengorbankan satu ekor babi sekedar lauk pauk kepada orang yang sedan menyatapi rumah tersebut .
- upacara untu menyabiskan / menyelamati tongkonan batu ariri dari satu rumpu keluarga yaitu tongkonan perikatan keluarga semata-mata dengan upacara yang dinamakan mangrara banua / tongkonan disanggalloi (penabisan rumah / tongkonan dengan hanya sehari upacara) dimana seluru bkeluarga mengadsakan pengorbanan babi untuk sebahagian kurban social yang dibagi –bagikan kepada masyarakat menurut adat serta untuk lauk pauk bagi yang sementara mengatapi ruma
- upacaa untuk menabiskan /menyelamati tongkonan pekaindoran /pekaamberan dengan upacara yang dinamakan mangrara banua /tongkonan di tallung alloi yaitu upacara yang memakanwaktu tiga hari upacara di mana dikurbankan babi sebanyak –banyaknya dari seluru keluarga untuk disosialkan kepada masyarakat menurut adat disamping beberapa ekor untuk sajian persembahan.
Untuk upacara mangrara banua
ditallung alloi ini dilakukan dalam 3 hari berturut-terut yaitu dengan cara :
- hari pertama namanya ma’ tarampak yaitu secara resmi pemasangan atap kecil-kecilan namanya tarampak karena karena pada hariitu baru diadakan kurban persembahan ma’tarampak namun suda lama dipasang .
- hari kedua namanya makpapa ( mengatapi ) yaitu cararesmi seluruh atap baru dinyatakan dipasang karena baru pada waktu itu diadakan kerban persembahan mengatapi rumah yang sebenarnya sudah lama selesai .
- hari ketiga namanya ma’ tubung ( memasang bubungan ) yaitu secara resminya bubungan rumah dinyatakan dipasan karena baru pada waktu itu diadakan kurban persembahan memasang bubungan rumah namun sebenarnya suda lama pula terpasang
- Upacara untuk menabiskan rumah tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran/pekamberan yang telah berjasa dan bersejarah dan sudah pulah mengadakan upacara tertinggi diTana Toraja namanya bua’ atau la’pa ,dilaksanakan dengan penabisan upacara mangrara banua ditallu rarai (dikurbankan tiga macam darah yaitu kerbau,babi,dan ayam ) yang dilakukan pulah dalam tiga hari berturut- turut yang prosesnya sama dengan upacara mangrara banua ditallung alloi tersebut diatas ,hanya saja pada upacara mangrara banua ditallung alloi pada upacara mangrara banua ditallu rarai ini dikurbankan kerbau setinggi –tingginya 3 ekor dan sekurang –kurangnya 1 ekor tetapi babi tidak terbatas seperti pulah pada upacara mangrara banua ditallung alloi .
Ia semua tongkonana yang tersebut
diatas ada sebagian yang diukir seluruhnya tetapi a da pulah tidak diukir seluruhnya dan hal itu
tergantun kepada keiginan dari keluarga yang bersangkutan namun demikian ada
ukuran yang tak dapat dilangkakan pada pembangunan tongkonan terutama untuk
tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran/pekamberan ialah ukiran yang
dinamakan garontok passara’(pokok ata dasar ukiran )karena ukiran ini merupakan
lambang yang mempunyai arti yang sangat penting yang merupaka gambaran peri
kehidupan dari manusia toraja karena ukiran ini adalah ukiran yang pertama
pulqh dikenal dan dipergunakan mengukir bangunan rumah –rumah toraja terutama
rumah adat keluarga yang memang paranan dan fungsi adat dan ukuran ini sebagi
lambang kehidupan manusia toraja masing –masing ;
1passura’pa’barre allo (ukiran
bentuk matahari terbit) yaitu ukuran yang dipasang diatas pada depan dari rumah
tongkonan
2.passura’pa’manuk londong(ukiran
bentuk ayam jantan )yaitu ukran yangdipasang juga didepan dari tongkonan yang
biasa diletakkan diatas passura ‘pa’barre allo’
- Passura’pa’tedong dan ada pulah orang menamakanya passura pa,tikke’ (ukiran bentuk seperti kepala kerbau atau bentu capung yang hinggap ) yaitu ukiran yang dipasang pada kayu tempat memasang dinding namanya sangkinan rinding atau pada kayu ramuan yang mempertemukan dua potongan kayu .
- passura’ pa’sussuk (ukiran seperti garis-garis lurus )yaitu ukiran yang dipasang pada dindig-dinding sampai atu pada kayu ramuan yang diri yang lebar –lebar
keempat macam ukiran ini
semuabnya dinamakan garuto ‘ passurak yang artinga melambangkan falsafat
pergaulan kehidupan manusia toraja dan akan dilaksanakan dalam arti ukiran dan
warna pada bab berikutnya.
Bahwa dalam pemakaian
ukiran-ukiran itu pada rumah tongkonan di Tana Toraja tidak sama seluruhnya
tetapi berbeda-bada terutama antara rumah tongkonan batu ariri dan tongkonan
yang berkuasa ada beberapa perbedaan karena sesuai dengan peranan dari
tongkonan tersebut
Disamping perbedaan pemasangan
ukiran untuk tomngkonan batu ariri dan tongkonan layuk dan tongkoran
pekaindoran /pekaamberan masih terdapat perbedasan –perbedaan lain .
- persyaratan pembanyunan tongkonan layuk dan tongkoran pekaindoran /pekaamberan tidak berbeda begitu pula antara tongkonan batu ariri .
- tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran /pekaamberan namun bangunanya sudah tidak ada berdiri tetapi perananya tetap di hormati oleh masyarakat , seta jabatan –jabatan adatnya pun masih tetap berlaku sedang untuk tongkonan batu ariri tidak mempunyai peranan yang harus dikenal oleh masyarakat .
- tongkonan layuk dan tongkonan pekaindoran/pekaamberawn mempunyai daerah kekuasanya adatnya yang ertentu dengan tugas dan kewaciban masyarakat yang tertentu pula tetapi untuk tongkonan batu ariri tidak ada .
- tongkonan kayuk dan tongkonan pekaindoran /pekaamberan kalau selesai dibaharui pembangunanya diikat oleh adat dengan upacara penabisan dengan upacara mangrara banua di tallung alloi dan ditallu rarai tetapi tongkonan batu ariri tidak terikat namun jikalu keluarga yang bersangkutan berkemampuan padat pula dilaksanakan demikian .
berdasarkan persyaratan –persyaratan dn pembangunan rumah tongkonan
tersebut diatas nyatalah dalam kehidupan manusia toraja tongkonan ini sanyat
menentukan beberapa segi perkembangan kebudidayaan toraja dan sanyat nyata
merupakan dasar dari terbinanya kepribadian toraja a.l.
- tongkonan sebagai lambang dan tempat sumber kekuasaan dan pusat pemerintahan adat bagi tongkonan pekaindoran / pekaamberan dan tongkonan layuk.
- Tongkonan sebagai lambang dan tempat pembinan kesatuan dan rasa kekeluargaan yang erat dari keluarga yang berketurunan dari dari masng-masing tongkonan
- Tongkonan tempat bermusyawara /balai pertemuan klusarga yang lahir dari keturunan tongkonan itu
- Tongkonan sebagai pusat atau tempa melakukan setiap kegiatan adat dan upacara –upacara adat dari pihak –pihak keluarga tanpa kecuali besar atau kecilnya upacara atau masyarakat
- Dengan terpeliharanya tongkonan itu di Tana Toraja maka rasa keluarganya diantara seluru masyarakat tetap terpupuk dan terbina dan inilah dasar yang kuat dari kepribadian masyarakat toraja , karena setiap manusia toraja besar atau kecil harus mempungai tongkonan serta mempunyai kewajiban mengabdi kepada tongkonannya .
Demikianlah erjadinya tongkonan
dan peranan tongkonan di Tana Toraja yang merupakan lambang persatuan .dan
tempat pembinanan kekeluargaan
masyarakat toraja dimana tiap-tiap orang dahulu membangun rumah
tongkonan ,membuat pula liang (kuburan )0 sebagai pasangan dari pada
tongkonanya tersebut makanya orang-orang toraja menanamkan liang itu tongkonaan
tang metambu ( tongkonan tak berasap) karena sehubungan dengan keyakinan
masyarakat toraja dalam aluk todolo
bahwa manusia pada masa hidupnya bersatu di tongkonan dan setelah mati roh –roh
itu bersatu ditongkonan gaip serta mayat itupun bersatu dalam tongkonan tang
merambu sebagai liang pusakah dan sebagai pasangan dari suatu rumah tongkonan
yang sebenarnya .
Terima Kasih telah membaca!!!!
0 komentar:
Post a Comment