Sunday, April 14, 2019

PRINSIP, NILAI DAN PANDANGAN HIDUP ORANG TORAJA

https://tomeladakdomaitoraya.blogspot.com/

PRINSIP-PRINSIP NILAI-NILAI DAN PANDANGAN

Makna kehidupan ialah menjalani siklus kehidupan itu sendiri, artinya kembali kepada kehidupan semula yang real, kehidupan di seberang sana. Untuk mencapai hal itu kita harus hidup sesuai dengan ketentuan-ketentuan hidup, yaitu perintah-perintah religius dari pandangan holistik itu. Jelas bahwa dalam kerangka sistem pandangan hidup yang holistik ini, nilai-nilai itu ditentukan oleh tujuan dan makna hidup. Dalam suatu masyarakat tradisional selalu ada kecenderungan untuk menomorduakan kepentingan perorangan terhadap kepentingan persekutuan. Perorangan itu hanya dapat hidup dalam kerangka kehidupan persekutuan. Jadi kepentingan bersama berada di atas kepentingan pribadi. Perorangan itu harus berorientasi kepada kepentingan persekutuan. Hanya dengan cara demikian ia bisa mengembangkan diri sebagai individu. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa ia sama sekali tidak mempunyai tanggung jawab dan kepentingan pribadi, karena sejak kelahirannya, bahkan sebelum ia lahir, setiap manusia sudah menggenggam kemungkinan-kemungkinan kehidupannya. Manusia masuk ke dalam dunia dengan tangan yang penuh potensi yang harus ia kembangkan dalam kerangka kehidupan bersama. Dalam ARTIKEL ini KITA akan melihat  hanya beberapa nilai yang menentukan kehidupan persekutuan itu serta tingkah laku manusia dalam kerangka kehidupan bersama, nilai dasar sebagai berikut:


1.  Kebahagiaan, kekayaan
2.  Kedamaian
3.  Persekutuan
4.  Harga diri
5.  Penghargaan terhadap tamu
6.  Kesopanan
7.  Kerajinan
8.  Disukai semua orang
9.  Nikah
10. Kesetiaan
11. Kejujuran
12. Penonjolan diri (harga diri, 4).

Kriteria yang menentukan dalam pertentangan prioritas nilai-nilai adalah nilai-nilai dasar itu sendiri, tetapi rupanya nilai "kedamaian demi persekutuan" itulah yang paling menentukan.


Makna kehidupan persekutuan ialah hidup dalam kedamaian dan keharmonisan. Dalam benturan nilai-nilai, ada saja nilai yang perlu dikorbankan demi persekutuan. Kebenaran dan keadilan dapat dikorbankan demi kedamaian dan keharmonisan dalam persekutuan. Nilai-nilai kehidupan itu pertama-tama berorientasi kepada persekutuan. Sebab itu kita memberikan perhatian utama kepada nilai persekutuan itu. Lambang persekutuan Toraja adalah tongkonan berdasarkan hubungan darah.
Prinsip dasar suatu tongkonan adalah, bahwa setiap keluarga mulai dengan suami-istri berhak membangun rumah. Rumah ini kemudian menjadi tongkonan bukan saja bagi anak-anak atau cucu-cucu, tetapi bagi setiap keturunan dari yang mendirikan tongkonan itu
Orang Toraja dapat tanpa mengalami kesulitan menelusuri asal-usul genealoginya melalui tongkonannya dan semua orang yang berasal dari tongkonan yang sama, membentuk persekutuan tongkonan itu.


Seseorang bisa saja menjadi anggota dari beberapa tongkonan, disebabkan perkawinan antara anggota dari berbagai tongkonan. Tongkonan adalah pusat persekutuan yang sentripetal. Kita msih akan melihat, bahwa hubungan-hubungan kekeluargaan itu sangat erat . Persekutuan sebagai nilai tertinggi bagi orang Toraja dilambangkan melalui tongkonan sebagai pusat persekutuan.
Penampakan-penampakan lain dari ikatan-ikatan persekutuan adalah:
-      Gotong-royong dengan motif saling tolong-menolong. Hal ini sangat jelas dalam pekerjaan sawah, ritus-ritus orang mati dan pesta adat lainnya.
-      Kehadiran dan partisipasi pada ritual-ritual adat adalah manifestasi dari hubungan-hubungan persekutuan dan tidak boleh dinilai secara ekonomis atau materialistis.
-      Kehidupan bertetangga[1] yang baik nampak dalam keadaan-keadaan darurat. Apabila seseorang membutuhkan garam atau lombok, maka tetangganya akan membantunya secara otomatis. Apabila kemudian tetangga itu mau mengembalikannya (membayarnya kembali), maka hal itu akan diinterpretasi, bahwa ia menolak kehidupan bertetangga yang baik. Hal ini akan dianggap sebagai penghinaan, karena ia tidak mau membina kehidupan bertetangga dengan baik.


-      Kehadiran pada suatu ritual adat, entah "Rambu Tuka'" atau "Rambu Solo'" adalah suatu tanda hubungan persekutuan. Apabila seseorang membayar hutangnya, maka ia tidak boleh mengirim bayarannya itu lalu tidak menghadiri ritus adat bersangkutan. Hal itu dianggap penghinaan, atau paling tidak akan merusak hubungan yang baik.
-      Pembayaran hutang pada Aluk Rambu Solo' tidak boleh dinilai secara ekonomis, melainkan hal itu merupakan pengakuan tentang hubungan dalam persekutuan.
-      Dari beberapa ungkapan sastra dapat ditarik kesimpulan, bahwa di dalam kehidupan orang Toraja nilai persekutuan itu sangat tinggi.
"Misa' kada dipotuo, pantan kada dipomate" yang adalah masalah hidup atau mati.
"Tengko situru', batakan siolanan", suatu paralelisme dari: tenggala yang searah, kesepakatan; secara harafiah: "tenggala yang searah dan batang tenggala yang sejalan", jadi satunya kata dan perbuatan dalam persekutuan.
"Sangkutu'banne, sangbuke amboran", artinya: bersatu bagaikan bibit padi di dalam ikatan.

Semua nilai dasar harus dilihat dalam hubungannya dengan persekutuan, misalnya: kebahagiaan, kekayaan, kedamaian dan harmoni.


Kekayaan dan kebahagiaan terutama dihubungkan dengan "tallu lolona", artinya lolo tau, lolo patuoan dan lolo tananan. Anak-anak adalah berkat yang menjamin kelangsungan keturunan dan itu adalah salah satu nilai tertinggi.
Tetapi anak-anak dan cucu-cucu harus hidup bahagia dan untuk itu mereka membutuhkan kerbau, padi sebagai lambang dari kekayaan dan kemapanan.
"Karapasan" (ketentraman dan ketertiban dalam persekutuan/komunitas) adalah nilai dasar yang dapat mengorbankan nilai-nilai yang lain, misalnya kebenaran dan keadilan. Tetapi apabila seseorang atau sekelompok manusia mempertahankan kebenarannya, maka kebenaran dan keadilan itu ditentukan dengan penyelesaian melalui "sipakoko, silondongan, sira', dan sebagainya".
"Unalli melo" (membeli kebaikan, artinya apa yang baik dalam konteks kedamaian dan harmonni) dapat dianggap sebagai bukti, bahwa orang Toraja mencintai kedamaian dan hubungan yang baik. Yang dimaksud dengan itu bahwa kita harus bersedia menderita demi kebaikan untuk umum. Suatu contoh dapat dilihat pada cara penyelesaian dalam hal sengketa tanah. Tanah yang dipersengketakan itu, dibagi dua. Masing-masing mendapat bagian yang sama. Ide penyelesaian itu adalah, bahwa masing-masing harus bersedia memberi dan menerima demi kebaikan umum, artinya demi kebaikan dan demi harmoni.
Masing-masing membeli kebaikan itu dengan haknya atas tanah yang disengketakan dan untuk itu ia menerima kembali "karapasan", kedamaian dan harmoni, ditambah lagi separuh dari tanah yang sebenarnya telah dijualnya.


Di atas sudah dilihat, bahwa konsepsi orang Toraja tentang kehidupan adalah siklus, artinya bahwa nilai-nilai kehidupan itu berhubungan dengan keseluruhan siklus kehidupan, dari kelahiran, kehidupan dan kematian, dari awal sampai akhir, sampai yang akhir itu kembali mencapat awal. Tetapi gerak siklus ini tidak dapat diulangi, dia "einmalig".
Apa dan bagaimana kehidupan di langit itu, hanya bisa dibayangkan, dan fantasi (imajinasi) adalah suatu hasil dari refleksi tentang pengalaman di dunia. Episode kehidupan di dunia itu sangat penting dan bahkan menentukan bagi kehidupan di seberang sana, karena kehidupan ini berada di bawah perintah-perintah dan ketentuan-ketentuan religius yang mempengaruhi gerak dan arah siklus kehidupan itu.
Itu berarti, bahwa nilai-nilai dasar itu adalah penuntun dalam keseluruhan cara hidup dari kelahiran sampai kematian. Atau dengan kata lain nilai itu sebagai penuntundalam segal seluk beluk kehidupan orang Toraja.

TERIMA KASIH

[1] Menarik untuk melihat karya KOSUKE KOYAMA mngenai Tetangga.

0 komentar:

Post a Comment